MOTOR Plus-online.com - Coba cek motor kamu sob, pasti posisi standar sampingnya ada di sebelah kiri kan?
Bikin penasaran, kenapa standar samping semua motor ada di sebelah kiri ya?
Kenapa enggak ada yang posisi standar sampingnya di sebelah kanan?
Ternyata alasannya cukup panjang lho, simak terus ya!
Dimulai pada era ketika motor dan sepeda belum diciptakan, saat itu kuda masih diandalkan sebagai salah satu alat transportasi.
Nah, para penunggang kuda dulunya dilatih untuk naik ke atas punggung kuda lewat sebelah kiri. Penasaran kenapa?
Karena lebih mudah untuk melambungkan kaki sebelah kanan dari pada kaki sebelah kiri yang membawa pedang.
Karena yang tidak kidal lebih banyak, maka orang-orang pada zaman dahulu mayoritas menaruh senjata di sebelah kiri.
Baca Juga: Narik Gas Motor Matic Terasa Berat dan Boros Bensin, Spare Part Ini Sering Disepelekan
Sejarahnya berlanjut sampai sebelum abad 19, dimana pada akhir abad tersebut baru ditemukan sepeda.
Seperti yang kita ketahui, bahwa penemuan sepeda dan motor dulunya berasal dari daratan Eropa.
Maka kebiasaan cara naik kuda tadi juga mereka tularkan pada penemuan kendaraan roda dua tersebut.
Dengan terletaknya standar di sebelah kiri, hal ini tentu saja memudahkan tanpa harus merubah kebiasaan naik kendaraan dari sebelah kiri.
Baca Juga: Pengalaman Pemilik Bengkel Motor di Tangerang Sering Dapat Pelanggan Korban Oli Palsu
Kemudian Faktor negara Inggris memakai lajur di sebelah kiri dan punya banyak negara jajahan yang tentu saja ditularkan sistem lajur kiri.
Selain itu, dulunya Inggris juga merupakan salah satu negara dengan pabrikan motor terbanyak dan terlaris.
Maka tentu saja standar kiri seperti menjadi hal yang wajib di tiap motor dari pabrikan Inggris.
Manfaatnya, dengan posisi motor yang standar miring ke kiri tersebut akan lebih menyisakan ruang di sebelah kanan.
Bisa bayangkan kalau misal kamu di jalanan Indonesia terus posisi motormu miring ke kanan? Udah pasti gampang kena serempet.
Dengan begitu, pemilihan standar motor berada di sebelah kiri merupakan pilihan yang tepat untuk sistem lajur kiri.
Selain Eropa, Jepang yang juga raksasa pabrikan roda dua juga merupakan negara yang memakai sistem lajur kiri.
Sehingga tentu saja motor-motor lansiran Jepang ikut mengaplikasikan posisi standar di sebelah kiri.
Lho kenapa negara-negara yang pakai lajur kanan seperti Amerika Serikat tetap bikin motor dengan standar di kiri?
Sejarah mengenai peletakan standar ini juga dipengaruhi lagi dengan persoalan “bagian tubuh kanan lebih kuat”.
Ya, karena sebagaian besar populasi yang ada di dunia sejak dahulu memang memiliki organ tubuh yang lebih kuat di sebelah kanan.
Hal ini lah yang mempengaruhi mengapa selah (kick starter) motor berada di sebelah kanan.
Karena tentu saja orang akan lebih memilih menggunakan kaki kanan yang dianggap lebih kuat sebagai pendorong selah.
Perlu diingat juga bahwa zaman dahulu belum banyak motor pakai electric starter yang tinggal pencet langsung jriiing.
Menyelah motor pun juga tidak segampang mesin-mesin motor masa kini.
Dengan terletaknya standar di sebelah kiri, tentu saja akan menciptakan ruang yang lebih besar bagi seseorang untuk menyelah motornya.
Karena dengan motor miring ke kiri, jangkauan putaran selah akan lebih banyak dibanding bila miring ke kanan. Betul?
Eh tapi ada beberapa motor juga yang unik karena kick starternya ada di kiri, tapi tetap saja standar sampingnya ada di kiri.
Bahkan meski enggak pakai kick starter lagi, motor Eropa macam Aprilia RS125 yang posisi rantainya di kanan dan knalpotnya di kiri alias terbalik dari motor kebanyakan tetap pakai standar di kiri.
Tapi bukan berarti enggak ada motor yang pakai standar di kanan.
Malah motor dengan standar di kanan adalah fitur wajib motor ladang yang beken di kawasan Australia seperti Suzuki DR200 Trojan, Kawasaki Stockman, Yamaha AG125, hingga Honda XR190L AG.
Tapi standar kanan tersebut hanya fitur tambahan karena standar kirinya tetap ada.
Sekarang sudah makin jelas ya sekilas sejarah mengenai peletakan standar motor di sebelah kiri?
Source | : | GridOto.com |
Penulis | : | Fadhliansyah |
Editor | : | Fadhliansyah |
KOMENTAR