MOTOR Plus-online.com - Bencana alam berupa tsunami kembali menerjang lokasi wisata Anyer, Banten (22/12/2018) malam tadi.
Kepanikan tentu melanda warga termasuk pengendara mobil dan motor.
Berkendara ketika terjadi bencana alam seperti gempa membutuhkan usaha besar agar tetap aman berada di jalan raya.
Menurut instruktur senior Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana berkendara motor saat gempat cukup membahayakan.
Baca Juga : Sedih Lihatnya, Vespa Masih Bau Dealer dan Moge Mahal Hancur Dilindas Alat Berat, Salah Apa?
"Berkendara motor saat gempa lebih berbahaya karena pergerakan tanah mengganggu keseimbangan pengendara motor.
Itu sebabnya pengetahuan berkendara defensif penting saat seperti itu," ucap Sony beberapa waktu lalu.
Sony mengungkapkan, misalkan kecepatan berkendara di jalan seperti jalan provinsi adalah 60 kilometer per jam dan dengan asumsi kecepatan aman dikurangi 10 kilometer per jam, motor akan sulit dikendalikan saat gempa.
Selain itu dari sisi keseimbangan juga membahayakan pengendara motor.
Baca Juga : Modal Rp 10 Ribu, Yamaha NMAX Gak Perlu Ganti Filter Udara Lagi, Cukup Dicuci
Untuk itu Sony menyarankan, pengendara motor berhenti ketika terjadi gempa.
Kemudian motor direbahkan di jalan dengan kondisi mesin mati.
"Itu lebih aman dibanding motor distandarkan.
Rusak memang, tapi lebih aman daripada distandar satu kaki atau dua kaki," ucap Sony.
Baca Juga : Ternyata Ada Rantai Motor Sport 150 Kodenya 428H dan 428, Maksudnya Apa Nih?
Motor juga dapat dijadikan pegangan saat gempa yang terhitung lebih baik ketimbang pohon atau tiang listrik, tentu dalam kondisi mesin mati.
Ketika sudah berhenti gempanya baru pengendara mengarahkan pikiran mencari tempat yang aman.
"Jangan di bawah pohon, tiang listrik, jembatan atau gedung tinggi.
Pokoknya cari yang aman. Kalau tinggal di sekitar pesisir waspada potensi tsunami, cari tempat yang lebih tinggi," ucap Sony.
Source | : | kompas |
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR