MOTOR Plus-Online.com - Masih banyak bikers beranggapan semua jenis oli pada hakikatnya sama.
Yakni oli sebagai pelumas sekaligus pendingin dan penyekat buat kinerja mesin motor.
Itu memang gak salah, cuy. Yang salah, bila ente asal tuang oli ke dalam mesin tanpa melihat spesifi kasinya terlebih dulu.
Misalnya, soal tingkat kekentalannya (SAE) dari oli karena oli diproduksi sesuai dengan kebutuhan mesin motor.
Baca Juga : Arogan, Biker Honda PCX 150 Langgar Pintu Palang Kereta di Kebumen
Baca Juga : Hukuman Berat Biker Honda PCX 150 yang Arogan Stop di Pintu Palang Kereta Api
“Kekentalan oli harus disesuaikan kebutuhan mesin karena bila standarnya butuh oli encer, namun dikasih yang kental dengan alasan agar suara mesin lebih halus, lama-lama justru bikin mesin cepat rusak,” jelas Ivan Ali, Marketing Comunication PT Federal Oil Indonesia.
Logika kayak darah dalam tubuh kita bila mengandung banyak kolestrol, lama lama akan timbulkan penyempitan pembuluh darah.
Ujung-ujungnya kena stroke,serangan jantung dan masih banyak penyakit lainnya.
Kan gak lucu lagi asyikasyik geber motor kesayangan di jalan, eh,tiba-tiba mesinnya kena serangan jantung akibat sehernya macet, hehehe...
Baca Juga : Gak Bisa Pindah Ke Lain Hati, Valentino Rossi Optimis Bangun Keluarga Degan Cewek Ini
Oli pun bisa demikian juga, sob. Kalau terlalu kental, akan membuat penyalurannya ke komponen bergerak di dalam mesin jadi kurang lancar.
Terutama saat putaran mesin tinggi. Sebab, mesin-mesin bikinan sekarang tingkat kepresisiannya makin tinggi, celah antar komponen dibuat rapat-rapat.
Lubang saluran oli ke cylinder head pun dibikin makin kecil itu membuktikan hal itu,
EM-Plus coba melakukan riset kecil-kecilan. Yakni,mengukur tekanan oli beberapa macam tingkat kekentalan di putaran tertentu.
Baca Juga : Teror di Masjid Christchurch, Club Motor Mongrel Mob: Kawan-kawan Kami Menunggu Pelaku di Penjara
Kalau secara hitungan kasar, bila tekanan yang ditimbulkan terlampau tinggi, tandanya sirklulasi oli bergerak kurang lancar.
Sebaliknya makin kecil tekanan yang dihasilkan, asumsinya pergerakan olinya cepat.
Kali ini pelumas yang dijadikan bahan praktik yakni keluaran Federal Oil. Karena brand ini punya varian oli kekentalan cukup lengkap.
Pengujiannya dilakukan di Suzuki Smash tahun 2006 yang punya lubang jalur oli di bak kopling bagian depan tinggal buka baut 12 mm yang ada di situ, trus pasang pressure gauge yang sudah disiapkan.
Oh iya, karena mengukur tekanan oli parameternya hanya melihat kekentalannya atau SAE-nya lalu motor diblayer di tempat pada putaran 6.000 rpm.
Tidak dibawa jalan. Yuk, kita intip hasil tesnya di bawah ini!
Oli ini kalau suhu mesin dingin kekentalannya 20, sedangkan kalau suhu mesin panas tinggkat kekentalannya mencapai 50
Oli ini paling kental dan diklaim punya tingkat penguapan yang sangat rendah diperuntukkan buat mesin-mesin keluaran lama atau yang beban kerjanya berat.
Tekanan oli ini ketika diuji pakai alat pressure gauge didapatkan tekanan 5 psi atau paling tinggi dengan suara mesin terasa halus tapi langsamnya berat.
Spek ini sangat diperlukan mesin dengan clearance antar komponen lebih lebar, cocok untuk mesin jadul.
Jika usia motor ente di atas 10 tahun, atau kebetulan punya koleksi motor klasik, oli jenis ini lebih cocok dipakai agar tekanan kompresi tetap terjaga dengan baik.
Namun sebaliknya jika oli ini diterapkan pada tunggangan yang memiliki mesin spesifikasi oli encer, tarikan motor akan terasa lebih berat.
Bahkan berpotensi menyumbat pompa oli, dan efeknya sobat tahu sendiri.
Penggunaan oli jenis ini direkomendasikan buat sobat yang hobi piara motor tua.
Karena seiring dengan usia motor yang bertambah, bakal terjadi pengikisan di celah dinding silinder dan kepala piston, sehingga kompresi di ruang bakar menjadi berkurang.
Dengan menggunakan spesifikasi oli yang lebih kental, diharapkan kompresi akan terkoreksi mendekati normal.
Berdasarkan spesifi kasinya berarti pada suhu rendah (dingin) memiliki sifat encer seperti oli SAE 10W sementara pada suhu tinggi, berubah jadi 30.
Kekentalan 10W lazimnya punya keunggulan mampu distart pada suhu dingin sampai suhu -20° Celcius dan mampu mengalir dengan pemompaan sampai -30° Celcius.
Sementara sifat SAE 30, pada suhu mesin tinggi mencapai 100° Celcius, kekentalannya berkisar 9.3.
Spek kekentalan tersebut biasanya dianut di motor-motor keluaran Honda keluaran terkini baik yang injeksi maupun karburator.
Kemudian mesin coba kami hidupkan dan dibiarkan panas sekitar 3 menit, wah ada yang beda ketika pakai oli ini.
Suara mesin Smash jadi terdengar sedikit berisik terutama saat putaran mesin diblayer tinggi.
Tidak seperti waktu pakai oli SAE 10W-40 ini menandakan kalau kekentalan olinya terlalu encer untuk mesin Smash.
Bagaimana dengan tekanan olinya? Saat putaran mesin dipanteng di 6.000 rpm, hasilnya di-
dapatkan tekanan sebesar 3 psi.
Pencapaian tersebut lebih rendah dibanding waktu pakai oli 10W-40 menandakan aliran olinya lebih lancar.
Namun karena keenceran, bikin suara mesin jadi agak berisik.
Berdasarkan spesifi kasinya pada suhu rendah (dingin) memiliki sifat seperti oli SAE 10W begitu suhu mesin lebih dari 60° Celcius, kekentalannya berubah jadi 40.
Pelumas ini dirancang untuk mesin dengan kinerja tinggi direkomendasikan untuk motor-motor lansiran Yamaha, Suzuki dan Kawasaki yang injeksi maupun karburator.
Kala mesin dihidupkan, terdengar suara perputarannya cukup halus dan hawa di seputar dapur pacu tidak sepanas kala menggunakan oli dengan SAE 20W-50.
Ini menandakan tingkat keketalannya cucok dengan mesin Suzuki Smash ini setelah dilakukan 3 kali run, didapatkan bahwa tekanan adalah sebesar 3,75 psi.
Hasil tersebut lebih rendah dibanding waktu menggunakan oli 20W-50 asumsinya, sirkulasi pelumas di dalam saluran yang menuju kepala silinder dan komponen lainnya mengalir lebih lancar dibanding oli SAE 20W-50.
Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi viskositas oli dari spek yang anjurkan, maka akan membuat tekanan oli akan semakin tinggi pula.
Menandakan pegerakkan olinya melambat berbeda bila oli tersebut dipakai di motor yang speknya memang pakai kekentalan itu.
Pasti tekanannya akan turun.
Menengok spesifi kasinya yang tergolong encer pada suhu kurang dari -30° Celcius sekalipun, mesin masih bisa mudah dihidupkan.
Sebaliknya kala suhu naik secara ekstrem lantaran putaran mesin meninggi, viskositas 30-nya masih bisa tetap lancar bersirkulasi ke kepala silinder dan komponen bergerak lainnya sehingga gesekan bisa diminimalkan.
Direkomendasikan untuk motor-motor seperti Yamaha YZF-R25, Honda CBR 250R, Kawasaki New Ninja dan Suzuki Inazuma 250 dan sebagainya.
Beberapa motor di Indonesia telah menggunakan teknologi yang langsung diadopsi dari motor balap sehingga putaran mesin bisa mencapai lebih dari 10 ribu rpm.
Walau sejatinya oli ini dirancang buat motor-motor kompetisi yang putaran mesinnya kadang bisa sampai 14 ribu rpm.
Bisa dibilang oli ini jenis racing. Namun oke juga buat sport 250 cc.
Setelah dilakukan 3 kali run didapatkan tekanannya sebesar 3 psi kurang dikit beda tipis dengan oli SAE 10W-30.
Maklum, cuy, soalnya pan angka viskositasnya di suhu tinggi kan sama yaitu 30 suara mesin pun juga terdengar agak sedikit kasar apalagi saat suhu mesin masih di bawah 60° C.
Artikel ini sudah dimuat di Tabloid MOTOR Plus edisi 818 th 2014
Source | : | MOTOR Plus |
Penulis | : | Motorplus |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR