Nostalgia Yamaha F1Z Daytona Underbone 2-Tak Terganas di 1998, Geberan Dewa Road Race

Aong - Minggu, 31 Maret 2019 | 14:52 WIB
Fanpage Hendriansyah

Dok. Otomotif Group
Cat oil tank atau tabung hawa

Akibatnya, kampas kopling sering terbakar. "Sampai babak semifinal, sudah makan dua kampas kopling," ujar Hendri saat balapan.

Tapi, bagaimana tidak bertenaga bila perbandingan kompresinya mencapai 7,1 : 1, sementara racikan motor sebelumnya 6,9.

Selain lubang silinder blok dibesarkan, Chandra percaya, rancangan aliran udara berperan besar.

Mirip sistem turbo, dibuatkan corong udara ke kotak saringan udara.

Kemudian masuk karbu Keihinin 24 mm, membuat mesin sanggup berkitir tinggi,  sebelum mencapai 13.500 rpm, tenaga motor masih ada.

Ini juga sepertinya underbone yang diikuti motor-motor balap sekarang.

Karena sudah dilengkapi oil cat tank.

Anak balap zaman sekarang bilang tabung hawa.

Hawa bensin dari tangki dan hawa oli dari ruang crankcase masuk ke oil cat tank ini.

Dari oil cat tank ini masuk ke intake untuk dibakar, sehingga tidak mencemari udara.

DITES PAKDE YONI

Dari sisi mesin Yamaha F1Z daytona sangat bertenaga, bagaiman dengan ridernya?

Dok. Otomotif Group
Dites Yoni Sutoyo atau Pakde Yoni reporter tabloid Otomotif ketika itu

Untuk 'meluruskan' mana yang lebih berperan pada kemenangan Hendri yang sempat menyandang gelar Dewa Road Race ini, tabloid Otomotif  dapat kesempatan tes motor racikan Jepang itu di arena yang sama, sehari setelah lomba.

Yang ngetes namanya Yoni Sutoyo, reporter tabloid Otomotif ketika itu.

Pria beken dipanggil Pakde ini kemudian jadi reporter MOTOR Plus.

Juga pernah menjabat redaktur sport tabloid MOTOR Plus.

Setting mesin dan sproket dibiarkan seperti ketika digeber Hendri.

Sekurangnya perlu dua lap membiasakan diri dengan posisi duduk dan memindah persneling yang semuanya dicungkil.

Kepakeman rem dan semua perangkat dicoba, sekalian menghafal sirkuit.

Masuk putaran ketiga, gaya Hendri berbelok ke kanan setelah garis start coba dipraktekkan.

Ternyata tak gampang merebahkan motor sembari pertahankan putaran mesin sekitar 7.000 rpm pada gigi 3.

Namun jangan disangka mudah mengangkat roda depan, seperti gaya Hendri melewati garis finis. Ketika pertama dijajal gagal.

Malah, tester OTOMOTIF jumpalitan karena kelebihan power.

Sedangkan upaya kedua dan seterusnya mulus.

Eksploitasi meniru gaya Hendri juga dilakukan di beberapa tikungan parabola ke arah kiri.

Meski ban beda merek, depan Dunlop Sportmax dan belakang menggunakan Bridgestone Battlax, rasanya tak jadi soal.

Taburan kerikil lembut di permukaan aspal, memang mengurangi cengkeram. Tapi dengan mengurangi bukaan gas, arah motor kembali normal.

Bisa jadi, lantaran sokbreker belakang menggunakan Daytona Showa dan stabilisator depan bermerek sama.

Bedanya dengan Hendri, Ia justru memanfaatkan ban belakang bergeser untuk memperkecil radius bebelok. Itu sulit!

Sekali-sekali OTOMOTIF mencoba manuver itu, belum berhasil.

Lantaran itu, kurang bijaksana memilah mana yang lebih berperan atas kemenangan Hendri.

Mustahil motor itu meraja di tangan pembalap pas-pasan.

Paduan yang ganas di eranya, ya 1998 di Kemayoran!

Artike ini sudah dipublikasikan Tabloid OTOMOTIF dengan judul MERASAKAN TUNGGANGAN RAJA KEMAYORAN pada edisi N0.47/VII SENIN 06 APRIL 1998

Penulis : Aong
Editor : Aong


KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular