Gak Perlu Bore Up, Performa Suzuki Satria F 150 Melonjak Drastis Sentuh 23,48 Hp, Edan...

Motorplus,Rudy Hansend - Sabtu, 13 April 2019 | 07:19 WIB
tribunnews.com
satria FU 150

 


MOTOR Plus-online.com- Berikut ini bukti untuk mendapatkan performa dua kali lipat, tak melulu main bore up.

Buktinya Suzuki Satria F-150 gress yang saat didyno standarnya cuma 12,45 hp dan torsi 7,8 lb.ft (10.58 Nm), kini melejit jadi 23,48 hp dengan torsi 10,01 lb.ft (13,57 Nm)/11.500.

Yang kalau dihitung-hitung performa meningkat dua kali lipat, alias 100 persen.

“Targetnya sih 25 hp. Makanya sekarang masih terus riset,” beber Tomy Huang, bos Bintang Racing Team (BRT) di Cibinong, Jawa Barat.

Baca Juga : Kapolri Perintahkan Tangkap Debt Collector Jelang Pilpres Dan Pileg 2019

Baca Juga : Hasil FP2 MotoGP Amerika 2019, Vinales Kalahkan Marquez, Rossi Menyusul

Pak Tomy penggarap hyper underbone Suzuki yang digeber Harlan Fadhillah dalam Indoprix (IP) kelas 150 cc tahun 2014 lalu.

Sesuai regulasi membolehkan pakai piston apa saja.

Yang penting diameter piston tidak membuat kapasitas mesin melebihi 150 cc.

Pak Tomy menjejali blok silinder F-150 pacuan Harlan tersebut pakai produk Wiseco punya Kawasaki Ninja 250.

Baca Juga : Kuasai Sector Ini di Sirkuit COTA, Marc Marquez Jadi yang Tercepat di FP1 MotoGP Amerika

"Diameternya sama-sama 62 mm dengan pen 16 mm.

Tujuannya buat naikin kompresi, karena dome piston Wiseco lebih tinggi,” terang Tomy sembari bilang rasio kompresi mesin melonjak jadi 11,8 : 1 setelah pakai piston tersebut.

Lalu, guna mengejar asupan gas yang deras dan cepat ke ruang bakar dan melancarkan sisa hasil pembakaran, saluran masuk dan buang diporting.

Hambatan yang ada pada saluran diminimalkan. Trus, klep in dan ex diganti pakai diameter 24/22 mm (standar 22/19 mm) dengan sitting klep berbahan berilium.

Baca Juga : Dulu Protes, Honda Malah Tiru Spoiler Swingarm Ducati di MotoGP Amerika 2019

Hasilnya, ketika diukur pakai flowbench semula yang gas speednya mentok di 110 cfm (standar) pada tinggi angkatan kem (lift) 9 mm, usai diporting melonjak naik jadi 150 cfm, atau meningkat sebanyak 27,3 %.

Selanjutnya, profil kem dibenahi ulang pakai metode trygonometry.

“Sekarang pakai hasil riset ke-10,” beber Tomy.

Spek-nya, kem ex membuka di 61 derajat sebelum TMB (setelah angkatan 1 mm) dan menutup di 40 derajat setelah TMA (durasi 281 derajat).

Baca Juga : Sempat Terjatuh di FP1, Segini Hasil Dimas Ekky Saat FP2 Moto2 Amerika 2019

Liftnya 8,18 mm dengan LSA 105 - 90 derajat dan overlap 3,99 mm.

Sedang kem in membuka di 31 derajat sebelum TMA, dan menutup 56 derajat setelah TMB (durasi 267 derajat).

Tinggi angkatan klepnya 8,38 mm dengan LSA 100 -109 derajat dan overlap 4,46 mm.

“Pakai metode trygonometry, profil kem bisa diatur menyesuaikan kekuatan per klep. Per klepnya masih pakai standar pabrik, lho.

Baca Juga : Aduh, Dimas Ekky Terjatuh di Sesi Latihan Bebas FP1 Moto2 Amerika 2019

Tapi, tetap kuat dan enggak ada floating meski putaran mesin mencapai 14 ribu rpm,” akunya.

Karburator standar diganti Keihin PWK 28. Kombinasi spuyernya pakai ukuran 55/115 (pj/mj).

Agar empasan gas buang lancar, knalpot diganti jenis free flow yang didesain khusus R9 Racing.

Pada sektor pengapian, sistemnya diubah jadi total loss menggunakan magnet, pulser dan koil YZ 125.

Baca Juga : Ampun, Video Hafizh Syahrin Start Ala Pembalap Liar di MotoGP Amerika 2019

Otak pengapiannya mengandalkan BRT Super Pro dengan pilihan mapping ke-22.

 

Source : Otomotifnet.com
Penulis : Motorplus
Editor : Ahmad Ridho


KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular