Pemotor Makin Banyak, Pengamat Sebut Tarif Angkutan Umum Lebih Mahal, Kemenhub Langsung Bereaksi

Erwan Hartawan - Selasa, 10 Maret 2020 | 12:25 WIB
Erwan Hartawan/ Motor Plus
Mahalnya angkutan umum mengakibatkan masih banyaknya pengguna angkutan pribadi

MOTOR Plus-Online.com - Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno pada tahun 2011-2018, ITDP (Institute for Transportation and Development Policy) Indonesia telah melakukan survei VFO (Visual Frequency and Occupancy) untuk mengobservasi volume angkutan umum di Jakarta.

Ia mengatakan, pada data tersebut ditemukan penurunan penumpang angkutan umum hingga mencapai 30%.

Djoko mengaku, kebijakan integrasi transportasi umum perkotan sudah lama didengungkan, namun belum bisa terwujud sempurna hingga sekarang.

"Apabila menggunakan KRL Jabodetabek relatif murah," katanya.

Baca Juga: Angka Kecelakaan Masih Tinggi, Kemenhub Masukkan Pelajaran Tertib Lalu Lintas ke Kurikulum Sekolah

Baca Juga: Setiap Satu Jam 3 Nyawa Melayang Akibat Kecelakaan Motor, Kemenhub Luncurkan Program SALUD

"Namun ongkos perjalanan dari tempat tinggal menuju stasiun kemudian dari stasiun tujuan menuju tempat bekerja dapat lebih mahal," tegasnya.

Ia mencontohkan, jika membawa kendaraan pribadi harus membayar parkir di stasiun.

Total ongkos yang dikeluarkan untuk bertransportasi bisa mencapai rata-rata di atas Rp 30 ribu setiap hari.

Bahkan dari hasil penelitian Badan Litbang Perhubungan tahun 2013, menyebutkan pengguna KRL Jabodetabek mengeluarkan 32 persen dari pendapatan tetap bulanan untuk belanja transportasi rutin.

Baca Juga: Tekan Angka Polusi Udara, Kemenhub Harapkan Para Pengendara Motor Beralih ke Sini

Pertanyaan tersebut mendapat komentar dari Direktur Lalu Lintas Jalan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Sigit Irfansyah.

Menurutnya, masyarakat harus adil dalam segi penghitungan.

"Harus fair, karena masyarakat menghitungnya bensin yang dia beli, dia tidak pernah menghitung tenaga yang dia keluarkan naik motor sejauh 40 kilometer," katanya kepada MOTOR Plus-online, Senin (9/10/2020).

Kata Sigit banyak masyarakat berpikir yang menghitung secara yang terlihat saja

Baca Juga: Gawat Nih, Motor Bakal Enggak Berguna Kalau Hal Ini Terjadi, Kemenhub Langsung Angkat Bicara

Dia hanya menghitung bahan bakar yang ia keluarkan misalnya 100 ribu setiap minggu, kalo saya naik motor saya keluarkan 200 ribu

Sigit menghimbau masyarakat agar menghitung berpa yang mereka keluarkan berupa tenaga, waktu dan resiko dalam perjalanan dibandingin dengan uang yang keluar.

Tapi sigit pun juga tidak menampik angkutan umum saat ini masih belum optimal

"Kita masih menyadari angkutan umum saat ini belumlah optimal," tutupnya.

Penulis : Erwan Hartawan
Editor : Ahmad Ridho


KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular