MOTOR Plus-Online.com - Kalau ngomongin motor trail jadul, pasti langsung terbesit di kepala Yamaha DT100 atau Suzuki TS125.
Untuk Yamaha DT100, lebih banyak dipilih bikers yang ingin mengoleksi motor trail tua karena punya sejarah yang beken.
Buktinya, dari film-film seperti Ali Topan Anak Jalanan dan Benyamin Sama Gilanya.
Namun, untuk motor trail zaman now, orang lebih kenalnya Kawasaki KLX.
Ternyata eh ternyata leluhur motor trail Kawasaki yang ada saat ini, mulai dari Kawasaki KLX150, KLX250, KX230, dan D-Tracker, berasal dari KE125.
Ketika Kawasaki di Indonesia masih beken dengan nama Binter, mereka memasarkan KE125 ini dengan nama Binter bro.
"Sekitar tahun 1981-an kalau enggak salah, KE125 ini masuk Indonesia tapi dengan nama Binter, nama dagang Kawasaki di Indonesia pada saat itu," terang Maulana, owner workshop Barokah Djaya Garage.
Binter KE125 pun jadi favorit biker di rentang era 1981-1985 terutama pecinta balap garuk tanah, grasstrack dan motocross, saat itu.
Menurut Maulana, ada 2 versi Kawasaki KE125 yang beredar di pasaran.
"Ada 2 versi mas, perbedaannya ya dilihat dari tangki sih," kata Maulana.
"Kalau KS125 sebelum masuk ke Indonesia bentuknya mirip kaya konsep yang saya terapkan ke KLX 150 ini. Tangki lebih kecil dipasarkan kisaran tahun 70an," tambah Maulana.
"Nah yang masuk ke Indonesia dengan nama Binter KE125 itu yang model facelift bisa dibilang," sambungnya.
Baca Juga: #Ngopreksantuy Begini Cara Rawat Motor Trail Agar Awet Dipakai Trabasan, Bisa Cobain di Rumah Bro!
"Tangkinya agak mengotak sedikit dan ada tulisan Binter di joknya, sama knalpotnya lebih panjang sedikit," lanjut Maulana.
Meski begitu, spesifikasi motor trail tua 2 tak ini ternyata lumayan mumpuni pada masanya loh sob.
"Untuk di tahun segitu menurut saya lumayan powerful mas, 2-tak 125cc dengan berpendingin air dan 6 percepatan itu menurut saya lumayan beringas sih haha," tambahnya.
Wah keren juga ya ternyata leluhurnya Kawasaki KLX ini bro!
Source | : | GridOto.com |
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR