MOTOR Plus-online.com - Touring ke Ponorogo, bikers coba main ke kampung mati tak berpenghuni nih.
Saat touring keluar kota, bikers pasti mencari destinasi wisata yang menarik.
Tapi pernah kepikiran enggak brother main ke kampung tak berpenghuni.
Seperti kampung Sumbulan yang berada tak jauh dari pusat kota Ponorogo, Jawa Timur ini.
Baca Juga: Modifikasi KTM 390 Adventure Bergaya Ala Motor Rally, Siap Touring!
Baca Juga: Keren, Lilik dan Balda Taklukan Timor Leste dengan All New Yamaha NMAX
Kampung Sumbulan di Bumi Reog ini ditinggalkan masyarakatnya.
Dikutip dari Surya.co.id, kampung di Desa Plalangan, Kecamatan Jenangan ini berjarak 10 Km dari pusat kota Ponorogo.
Walaupun tidak terlalu jauh dari pusat kota, Kampung Sumbulan memang terbilang terpencil.
Warga harus melewati jalan setapak lebih dari 3 Km di tengah hamparan sawah yang jauh dari kampung lainnya.
Baca Juga: Bikers Yamaha XSR 155 Kasih Tips Touring Di Tengah Pandemi Covid-19
Walaupun tak terlalu jauh dari pusat Kecamatan Ponorogo, untuk menuju kampung Sumbulan memerlukan waktu tempuh hampir satu jam.
Meski bisa dilewati motor, bikers harus berhati-hati, apalagi jika sehabis turun hujan.
Jalan masih beralaskan batu dan tanah sehingga akan sangat licin.
Saat sampai, hanya ada empat rumah yang masih berdiri di kampung yang sering disebut Sumbulan tersebut sunyi.
Sebagian rumah nampak sudah reyot dan struktur bangunannya sudah rusak.
Satu-satunya bangunan yang masih digunakan aktivitas adalah masjid.
Halaman masjid tua tersebut terlihat asri dengan payungan pohon Sawo Kecik yang rindang dan hiasan bedug masjid tua yang masih terawat.
Tohari, seorang mantan warga kampung Sumbulan yang sehari-hari menyempatkan diri untuk menengok kampung halamannya tersebut.
Baca Juga: Terulang Lagi, Manajer dan Security SPBU Curang, Kompak Banget Ngoplos Pertamax
Ia selalu mampir ke kampung halamannya tersebut sepulang dari sawahnya.
Tohari tidak ingin masjid di kampung tersebut mangkrak tak digunakan sama sekali.
"Sepulang dari sawah saya ke sini. Untuk Salat Dhuhur dan Salat Ashar," jelas Tohari.
"Kalau waktunya salat Subuh, Maghrib, Isya ya kosong," lanjutnya.
Baca Juga: SPBU Curang Oplos Premium dengan Solar Dijual Seharga Pertamax
Tohari menceritakan, dulunya kampung tersebut ramai layaknya kampung yang lain.
Bahkan sempat ada pesantren yang mempunyai cukup banyak santri.
Namun mulai tahun 1960-an, warga kampung Sumbulan mulai meninggalkan kampung halamannya.
"Misalnya menikah, warga sini selalu pindah ikut pasangannya."
"Lalu ada juga yang kerja dan pindah rumah," terang Tohari.
Baca Juga: Tragis! Dua Pengendara Beserta Motornya Ludes Terbakar, Begini Ceritanya
Begitupun Tohari yang memutuskan untuk pindah ke Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Babadan pada tahun 1982.
Mantan warga kampung Sumbulan, Sumarno, menyebutkan Masjid yang merupakan satu-satunya penunjuk ada aktivitas di kampung Sumbulan merupakan peninggalan sebuah pondok pesantren.
Pondok tersebut mulai didirikan sekitar tahun 1850- an oleh Nyai Murtadho saat masih bujang.
"Nyai Murtadho ini mendirikan sebuah pesantren yang disebut Sumbulan pada tahun 1850. Beliau ini anak seorang ulama dari Demak," jelas Sumarno, (3/3/2021).
Baca Juga: Motocamp.id Riding Bareng UMKM, Usung Tema 'Indonesia Punya Semua'
Berjalannya waktu, pondok pesantren tersebut semakin besar dan santrinya semakin banyak, termasuk dari luar daerah.
Mereka pun mendirikan pondok semipermanen dan lama-lama menetap di Sumbulan.
"Jadi penduduknya itu para santri hingga sampai 17 rumah," lanjutnya.
Namun, sepeninggal Nyai Murtadho dan keluarganya, pondok pesantren tersebut semakin sepi.
Baca Juga: Dua Bule Siap Touring Pulang Kampung Ke Italia, Naik Vespa Klasik
"Sewaktu kecil sekitar tahun 1971 bangunan pesantrennya roboh."
"Sejak itu dan bahkan sebelumnya sudah banyak yang meninggalkan Sumbulan," lanjutnya.
Hingga terakhir tahun 2016 kampung tersebut benar-benar kosong tanpa penghuni satu pun.
Mayoritas, penyebab warga Kampung Sumbulan pindah adalah akses jalan yang sulit.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Melihat Dari Dekat Sumbulan, Kampung Tanpa Penghuni di Pelosok Kabupaten Ponorogo
Source | : | Surya.co.id |
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR