MOTOR Plus-online.com - Kenalan lebih dekat sama wujud nenek moyang Honda BeAT, speknya bikin bikers kepo.
Yup, libur lebaran begini rata-rata orang silaturahmi atau ketemu orang tua.
Termasuk Honda BeAT yang sering bikers lihat di jalan, juga punya orang tua lo.
Yuk kenalan sama orang tua atau nenek moyang Honda BeAT, bentuk sampai mesinnya unik banget bro.
Baca Juga: Lelang Motor Honda BeAT Murah Meriah Cuma Rp 2 Jutaan, Buruan Sikat
Baca Juga: Azis Syamsuddin Mendadak Jadi Sorotan, Punya Koleksi Honda BeAT dan Motor Rp 170 Jutaan
Sempat bikin heboh foto leluhur Honda BeAT ini bikin heboh dunia maya.
Seperti yang diposting akun Facebook Edi Anwar.
"Honda Beat 1983, Metik 80an" tulis Edi Anwar.
Namanya Honda Beat FC50, dengan desain lebar cenderung mengotak.
Baca Juga: Wuih Saingan Honda BeAT Dilelang, STNK BPKB Komplit Harga Cuma Segini
Brother harus tahu, Honda Beat FC50 hanya dijual di Jepang saja.
Bentuknya mengotak khas motor 80an seperti Suzuki Katana atau Honda CBX750.
Lampu depannya lebar dan kotak, seperti lampu mobil Honda Civic generasi kedua.
Bagian sampingnya juga mengotak, dengan ventilasi di bawah lampu seinnya.
Baca Juga: Irit Banget Tanpa Bensin Honda BeAT Bisa Kecepatan 170 km/Jam
Bentuk depannya cenderung melebar, gara-gara ada radiator.
Radiatornya berada di dek depan, sehingga bagian depannya lebar seperti bebek.
Selain itu, Honda Beat FC50 pakai mesin 50 cc 2-Tak, tentunya dengan transmisi CVT.
Dari mesin tersebut, tenaganya diklaim mencapai 7,1 dk.
Baca Juga: Motor Sport Retro Murah dari Bajaj Siap Meluncur, Harga di Bawah Honda BeAT
Sedangkan top speed alias kecepatan maksimalnya sekitar 60 km/jam.
Maklum saja motor ini bukan buat geber-geberan, apalagi remnya masih tromol depan belakang.
Yang pasti, kalau benar motor ini ada di Indonesia, banyak orang tertarik buat merestorasinya.
Apalagi saat ini lagi tren merestorasi motor matic tua, terutama yang mesinnya 2-Tak.
Bikin penasaran, kira-kira ada yang berani jual gak ya motor langka nenek moyang Honda BeAT ini?
Source | : | Facebook.com |
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR