MOTOR Plus-Online.com - Pecinta balap motor nasional era 90 sampai 2000-an, pasti kenal sama sosok satu ini.
Nama Asep Hendro mulai mentereng di tahun tersebut.
Gak cuma aktif dibalapan, Asep Hendro juga punya usaha brand loh.
Brand tersebut diberi nama Asep Hendro Racing Sport atau lebih dikenal AHRS.
AHRS menawarkan bermacam-macam produk otomotif.
Bahkan brand ini juga tersebar di beberapa negara seperti Malaysia, Philiphina, Thailand dan sebagainya.
Eits meski sekarang jadi nama brand besar.
Tapi brother harus tau nih, kalo perjalanan brand AHRS yang berawal dari dagang keliling.
Baca Juga: Video Asep Hendro Beberkan Balapan Road Race Di Sirkuit Monas
Baca Juga: Suzuki Shogun 110 AHRS, Motor Balap Bebek Paling Hedon Tahun 2000an
Mantan pembalap bernama lengkap Asep Yusuf Hendra Permana ini memulai jualan dari nol.
Bahkan ia sempat berjualan keliling menawarkan dari toko-toko.
"Mulai merintis binis dari jualan knalpot racing dari toko ke toko pakai motor," kata Juragan sapaan akrab Asep Hendro kepada Motor Plus beberapa waktu lalu.
"Itu sekitar tahun 1995, suka dukanya banyak, banyak juga toko yang menolak," sambungnya.
Meski begitu, tak membuat nyalinya ciut.
Satu tahun berjalan, sayangnya knalpot yang ditawarkan masih belum bisa mendapat perhatian dari dunia otomotif Indonesia.
Bahkan menurutnya, pengeluarannya lebih banyak dari pada pemasukan.
Namun pria asli Garut kelahiran Bandung pada 12 Juni 1969 ini tetap berusaha putar otak untuk mengembangkan bisnisnya.
Baca Juga: Nostalgia Suzuki Shogun AHRS, Bawa M Fadli Acak-acak Balap Asia
Saat itu, modal usaha dikumpulkan dari uang juara balap road race.
Juragan berusaha mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk jadi modal.
Setelah modalnya dinilai sudah terkumpul, Juragan mencoba peruntungan ke dunia fasion balap.
Ia menarwakan jaket, kaos, sarung tangan, wearpack, hingga pernak-pernik balap lainnya.
Juragan melihat peluang pengarajin asal Garut, cukup terkenal jago di dunia fasion.
Pada pertengahan 1997, jualannya pun mulai dilirik.
Akhirnya lahir lah nama AHRS pada produk jualannya.
"Nama AHRS itu dari pengrajin disana, pakai nama Asep Hendro Racing Sport disingkat AHRS," ceritanya.
Baca Juga: Perjalanan Jauh Lebaran 2021, Cocok Nih Pakai Jaket Modis Tapi Safety
Kemudian ia memutuskan untuk mengembangkan lagi bisnisnya dengan membuat racing suit asli buatan lokal.
Peluang pembuatan racing suit dinilai cocok karena saat itu pembalap tanah air masih menggunakan brand luar negeri.
Ini yang membuat para pembalap Indonesia harus mengeluarkan kocek lebih.
Sementara wearpack bikinan pria yang memulai karirnya sebagai pembalap grastrack pada 1988 ini ditawarkan jauh lebih murah.
Bayangkan nih pada tahun 1998 hingga 2000am hanya baju balap luar negeri dibanderol dengan harga mulai 8 jutaan.
Sementara baju balap AHRS hanya dibanderol Rp 2,1 juta.
Meski lebih murah, keraguan pembalap dengan kualitas produk lokal masih sayang besar.
Ini jadi kenangan pahit Juraga karena baju balap AHRS tidak langsung diterima.
Baca Juga: Razia Knalpot Incar Bengkel Modifikasi, Ini Kata Mekanik dan Produsen
Setidaknya butuh waktu 4 tahun untuk AHRS diterima para pembalap nasional.
Ini berkat usahanya yang tak kenal menyerah, serta kegigihannya untuk terus mengembangkan baju balap rancangannya, terutama dari segi desain dan safety, akhirnya berangsur-angsur produk andalannya itu bisa diterima oleh pelaku balap Tanah Air.
Apalagi pembalap atau tim balap bisa memesan desain sesuai selera yang diinginkan, dan itu disanggupi oleh pria yang pernah jadi juara nasional di kelas underbone era 1995 ini.
Karena hasil bikinannya terbilang rapi dan terus mengalami perkembangan dari segi safety-nya, kemudian beberapa tim balap dari luar seperti Thailand, Malaysia, Singapura, Philipina, bahkan Australia, turut minta dibuatkan baju balap oleh AHRS.
Dari situ lah kemudian ia memutuskan mulai memasarkannya dengan skala lebih banyak ke beberapa negara tetangga tadi.
Bahkan kemudian ia mengembangkan usahanya dengan mendirikan AHRS Building yang beralamat di Jl. Tole Iskandar No. 162, Depok, dengan disi berbagai produk roda dua.
Penulis | : | Erwan Hartawan |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR