MOTOR Plus-Online.com - Beberapa motor bekas kondisi bodong ini marak di jual di Solo dan sekitarnya.
Sampai saat ini masih banyak peminat motor bekas.
Terlebih bila motor bekas tersebut masih dalam kondisi bagus.
Banyak yang meminati motor bekas lantaran harganya jauh lebih terjangkau daripada harga motor baru.
Kebanyakan masyarakat membeli motor bekas adalah murni karena kebutuhan.
Itu artinya motor sudah lebih dari sekedar lifestyle belaka.
Tapi tahukah brother, adanya pasaran motor bekas juga tidak lepas dari kondisi bodong.
Buat yang tidak tahu, motor bodong ini adala motor yang bermasalah dengan surat-suratnya.
Baca Juga: Motor Bekas Honda BeAT Tahun 2017 Dijual Seharga Rp 4 Juta Saja, Masuk Akal?
Seperti motor yang hanya ada STNK-nya saja tapi tidak dengan BPKB-nya, atau bahkan tidak ada dua-duanya sama sekali.
Ternyata saat ini penjualan motor bodong juga masih marak.
Salah satunya di Kota Solo, Jawa tengah dan sekitarnya.
Tim MOTOR Plus-Online.com coba menelusuri motor bodong apa saja yang marak dijual di Solo.
Ternyata penjualan motor bodong juga tersedia di media sosial.
Ada motor Honda BeAT lansiran tahun 2014 hanya STNK saja dijual seharga Rp 4.5 juta.
Lalu ada ada Yamaha Mio J lansiran tahun 2013 dijual dengan harga Rp 2.5 juta.
Dan masih banyak lagi motor bodong yang dijual di media sosial di sekitaran Solo Raya, coba klik link DI SINI.
Baca Juga: Hindari Beli Motor Bekas Kondisi Bodong, Perhatikan Kunci Kontaknya
Tim MOTOR Plus-Online.com juga sempat berbincang dengan seseorang yang berkecimpung di pasaran motor bodong, sebut saja Bede.
Bede menjelaskan maraknya penjualan motor bodong karena banyak peminatnya.
"Mereka butuhnya motor dengan harga murah, jadi itu alasan logisnya kenapa motor bodong masih ada peminatnya," ujar Bede.
Bede juga menjelaskan kebanyak motor bodong adalah hasil curian atau pemutusan kredit ke leasing dari pemilik motor.
"Jelas motor bodong itu bermasalah pada surat-suratnya, pemiliknya juga bermasalah," ungkap Bede.
Source | : | |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR