Seperti di kejuaraan MotoGP, Nomor 58 itu dipensiunkan, untuk mengenang Marco Simoncelli yang meninggal dunia akibat crash parah di sirkuit Sepang pada MotoGP Malaysia 2011.
Meski punya keistimewaan, sayangnya nomor 1 menyimpan misteri.
Terdapat mitos yang bikin merinding pembalap musim sebelumnya juara dunia lalu memakai nomor 1 di musim berikutnya.
Mitos itu adalah mereka akan terjungkal dari takhta juara dunia di musim berikutnya jika si pembalap memakai nomor 1 di fairing motornya.
Sederet fakta-fakta di ajang GP 500 dan MotoGP 4-tak mengungkap bila ada 'kutukan' bagi yang mengenakan nomor satu itu.
Setelah juara dunia dan tahun berikutnya pakai nomor 1, pembalap malah sulit meraih juara dunia, sejumlah fakta berikutnya ini jadi buktinya.
Pertama, pembalap asal Spanyol, Alex Criville, sukses menobatkan dirinya jadi juara dunia GP 500 di 1999, kemudian di 2000 mengenakan pelat nomor 1 tidak jadi juara dunia.
Baca Juga: Usai MotoGP Indonesia 2022, Sirkuit Mandalika Bakal Dirombak Lagi Jelang WSBK
Fakta berikutnya, pembalap Amerika Serikat, Kenny Roberts, Jr., jadi juara dunia GP 500 di atas motor Suzuki RGV500 pada tahun 2000.
Di musim MotoGP 2006, mendiang Nicky Hayden (Repsol Honda) juara dunia.
Diikuti Casey Stoner (Ducati Team) juara dunia MotoGP 2007, kemudian mengenakan nomor 1 di musim berikutnya dan tak berhasil mempertahankkan titel juara dunianya.
Begitu pula dengan Jorge Lorenzo yang juara dunia MotoGP di 2010.
Fakta terakhir, Casey Stoner (Repsol Honda) sukses meraup titel juara dunia MotoGP 2011, namuan lagi-lagi saat dirinya mengenakan pelat nomor 1 di musim 2012 gagal jadi juara dunia berturut-turut.
Valentino Rossi salah satu pembalap yang tidak mau memakai nomor 1.
Rossi memilih setia memakai nomor kebanggaannya, 46, tetapi sempat ada angka 1 di pundak baju balapnya.
Selain itu, sebenarnya ada pembalap yang terus sukses memakai nomor 1, yakni Mick Doohan, yang tetap bisa jadi juara MotoGP selama 5 musim.
Penulis | : | Erwan Hartawan |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR