Pria yang akrab disapa Kang Emil inimemberi masukan, apabila ada pimpinan dari pelaku kejahatan jalanan untuk dirangkul, lalu masukkan kedalam organisasi formal untuk berkegiatan dan mendapatkan pelatihan tentang wawasan kebangsaan, ketertiban dan lain-lain.
"Penanganan tidak di taraf edukasi atau himbauan. Harus didukung pembuatan program perekrutan semua pelaku untuk kemudian dilatih oleh institusi negara."
"Sehingga ketika selesai pemikirannya bisa lebih baik. Mungkin bisa menjadi masukkan," lanjutnya.
Kang Emil menambahkan, bahwa pada dasarnya, orang Indonesia hanya butuh dirangkul.
Ibarat bola bekel, dipukul keras maka memantul keras.
"Intinya cuma satu sebenarnya, sibukkan para pemuda itu dengan kegiatan-kegiatan positif agar mereka tidak berbuat yang macam-macam,"jelas Kang Emil.
Sementara itu, Butet Kartaredjasa menilai, maraknya fenomena klitih ialah wujud kompensasi anak-anak muda remaja mencari perhatian secara gampang dan primitif.
Cara yang paling mudah yaitu dengan membacok serta tindakan anarkis lainnya.
"Saya pikir infrastruktur tempat bertumbuhnya komunitas seni yang difasilitasi pemerintah melalui danais ini harus diperbanyak kegiatannya dan supportingnya karena ini merupakan kompensasi anak-anak muda, remaja mencari perhatian secara gampang dan secara primitif itu dengan membacok orang, melakukan tindakan anarki," kata Butet.
Baca Juga: Terungkap, Korban Klitih Di Yogyakarta Ternyata Anak Anggota DPRD Yang Sedang Cari Sahur
Source | : | Tribunjogja.com |
Editor | : | Joni Lono Mulia |