MOTOR Plus-online.com - Motor 250 cc bagusnya diisi Pertamax daripada Pertalite, pakar mesin ITB beri penjelasan begini.
Dua jenis bensin Pertamina yang sering dibeli bikers, yakni Pertalite dan Pertamax.
Untuk Jabodetabek, harga Pertamax kini Rp 12.500 per liter sedangkan Pertalite dijual Rp 7.650 per liter.
Kedepannya motor 250 cc bakal dilarang membeli Pertalite.
Hal tersebut berlaku setelah diterapkannya pembelian bensin Pertalite menggunakan aplikasi MyPertamina.
Enggak cuma untuk motor 250 cc, rupanya kajian pembatasan pembelian Pertalite juga untuk mobil di atas 2.000 cc.
Adapun kajian tersebut disampaikan Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman.
"Sementara hasil kajiannya begitu (untuk kendaraan di atas 2.000 cc)," ujarnya dikutip dari Kontan.co.id.
Baca Juga: Pertamina Resmi Naikan Harga BBM, Pertamax Turbo Capai Rp 16.900 di 4 Provinsi Ini
Saleh melanjutkan, untuk motor pun kajian dilakukan untuk kendaraan di atas 250 cc.
Menurut dosen Teknik Mesin ITB dan juga peneliti Lapi ITB, Dr. Ing. Ir. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, motor 250 cc bagusnya pakai bensin Pertamax.
"Kalau (motor) diisi BBM inferior atau kurang dari rekomendasinya, kemungkinan besar emisinya lebih dari ambang batas standar Euro3," ujar Yuswidjajanto saat dihubungi MOTOR Plus-online, Kamis (7/7/2022).
Lebih lanjut, pria dengan sapaan Yus itu menjelaskan efek motor 250 cc pakai Pertalite dari segi performa.
"Secara performa, lebih gampang detonasi (ngelitik) kalau udaranya panas," lanjutnya.
"Jadi performanya jauh enggak enak, kalau digas juga lag, gak langsung lari ada jeda dulu." ungkap Yus.
Enggak cuma bikin performa loyo, pemakaian bensin tidak sesuai rekomendasi juga bisa memunculkan detonasi atau ngelitik sehingga proses pembakaran pada mesin yang tidak tepat pada waktunya.
"Kalau detonasi sering, bisa rusak juga (mesin). Karena detonasi itu, terjadi spike sebelah kanan diikuti pada temperatur," kata pria berkacamata tersebut.
Baca Juga: Bos Pertamina Ungkap Harga Asli Pertalite, Seharusnya Rp 17.200 Per Liter
"Kalau enggak tahan (mesin), pistonnya bisa bolong, stang sehernya bisa bengkok," sambungnya.
Lebih lanjut, Yus menyoroti sikap pemilik kendaraan yang mengisi Pertalite.
"Sebenarnya resiko balik lagi ke penggunanya (atau) pemiliknya. Hanya mau irit sejumlah uang, tapi ada resiko kerusakan mesin yang mungkin butuh biaya perbaikan besar," tutur Yus.
"Dan sebetulnya beberapa kendaraan dikasih warning sama pembuatnya. (Misal) Kalau tidak memakai BBM sesuai rekomendasi, jika terjadi kerusakan, maka garansi tidak berlaku," tukasnya.
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR