MOTOR Plus-Online.com - Luhut ungkap subsidi BBM untuk motor sebesar Rp 3,7 juta per tahun, usulkan pindah ke motor listrik.
Bikers atau brother penggunaan kendaraan roda dua alias motor musti tahu, ternyata subsidi BBM motor per tahun mencapai Rp 3,7 juta.
Hal ini diungkap langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan.
Ia menuturkan pemerintah memberikan subsidi BBM untuk setiap mobil sebesar Rp 19,2 juta per tahun, sedangkan setiap motor sebanyak Rp 3,7 juta per tahun.
"Berdasarkan catatan kami, harga BBM seperti sekarang, subsidi mobil berpenumpang diperkirakan mencapai Rp 19,2 juta mobil per tahun. Mobil itu ada subsidi yang diberikan," sebut Luhut, dikutip dari Kompas.com.
"Untuk sepeda motor diperkirakan Rp 3,7 juta per motor per tahun. Jadi Anda bayangin, kalau sekarang sepeda motor ada 136 juta, hitung saja berapa subsidinya itu," lanjutnya.
Menurutnya, pemerintah tengah menghitung apa saja yang bisa dikurangi dari penggunaan subsidi BBM tersebut.
Hal tersebut demi penyaluran BBM bersubsidi tepat sasaran dan tidak membuat APBN jebol.
"Kita menghitung semua yang bisa kita kurangi itu sekarang sedang jalan, saya yakin bisa melakukan itu," ujar Luhut.
Baca Juga: Luhut Jelaskan Tiap Motor Mendapat Subsidi BBM Rp 3,7 Juta Per Tahun
Ia juga menjelaskan alternatif jalan keluar lain, yakni pemerintah saat ini terus mendorong penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi konsumsi BBM dalam jangka panjang.
Salah satunya menyarankan untuk mulai berpindah ke motor listrik.
"Oleh karena itu, kami sekarang sudah diminta Presiden menghitung semua yang bisa kita kurangi dari penggunaan (subsidi) bensin itu, kita gunakan ke elektrik," ucap Luhut.
"Kami mungkin ingin mengusulkan pembuatan sejumlah pilot project kendaraan EV (electric vehicle) atau kendaraan listrik, dan itu bisa dikonversi dengan baterai listrik buatan dalam negeri. Dalam 2,5 tahun apabila bisa kita buat, itu bagus," ungkap Luhut.
Menurut Luhut, pemerintah sangat serius dalam menyediakan berbagi regulasi untuk mendukung terciptanya ekosistem kendaraan listrik.
Ada beberapa aspek yang didorong, seperti aspek teknis, insentif, hingga ke pembiayaan.
Aspek-aspek tersebut diharapkan mampu menciptakan efek supply dan demand dalam ekosistem kendaraan listrik.
Hal ini sehingga transformasi dapat berjalan sesuai dengan harapan semua pihak.
"Dalam dua tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan investasi dan produksi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai yang cukup signifikan, baik roda dua, roda empat atau lebih, beserta industri penunjang lainnya," ungkap Luhut.
"Investasi dan produksi ini tentunya harus dibarengi dengan aspek peningkatan konsumsi BEV itu sendiri, sehingga cita-cita terwujudnya industri BEV yang tangguh di dalam negeri dapat segera terpenuhi," lanjutnya.
Baca Juga: Beda Motor Listrik dan Sepeda Listrik, Ini Penjelasannya Biar Gak Bingung
Sebagai informasi, pemerintah menargetkan pengurangan 41 persen emisi karbon pada tahun 2030, dan target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Luhut menambahkan untuk mencapai target tersebut, pemerintah memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
Ia melanjutkan, sektor transportasi di Indonesia menyumbang sebesar 47 persen dari polusi udara.
Bahkan, kontribusi polusinya meningkat hingga 70 persen untuk wilayah perkotaan.
"Melalui gambaran data tersebut, sekali lagi saya tekankan, perlu adanya niat, tekad, dan komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder, baik dari pemerintah maupun dari seluruh lapisan masyarakat, agar penggunaan BEV dapat segera dioptimalkan," beber Luhut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kata Luhut, Tiap Mobil Nikmati Subsidi Rp 19,2 Juta, Motor Rp 3,7 Juta Per Tahun"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Yuka S. |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR