MOTOR Plus-online.com - Jangan kaget, ternyata ini dampak dari harga Pertalite kalau serius naik jadi Rp 10 ribu per liter.
Seperti yang brother tahu, kabar harga Pertalite naik masih menghebohkan dunia maya sampai saat ini.
Kabar beredar harga Pertalite naik menjadi Rp 10 ribu per liter, memiliki selisih Rp 2.350 yang saat ini dijual dengan harga Rp 7.650 per liter.
Adapun beasaran kenaikan harga Pertalite saat ini masih dalam pembahasan oleh pemerintah.
Maka dari itu, Pertamina Patra Niaga belum bisa memastikan harga terbaru yang dikenakan untuk Pertalite.
Seperti yang disampaikan Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting.
"Sementara ini kami masih menunggu arahan dari pemerintah karena penentuan harga merupakan kewenangan dari regulator," ujarnya mengutip Kompas.com.
Ternyata, dampak dari kenaikan harga Pertalite tidak hanya pada lonjakan inflasi.
Baca Juga: Heboh Wacana Harga Pertalite Naik, Simak Motor Apa yang Cocok Minum Pertalite
Kenaikan Pertalite yang mencapai Rp 10.000 per liter itu bakal berimbas pada inflasi 2022 yang bisa mencapai 6,5 persen (year on year/yoy).
Hal tersebut disampaikan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira
"Jika kenaikan harga Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, diperkirakan inflasi tahun ini tembus 6 persen-6,5 persen yoy. Dikhawatirkan menjadi inflasi yang tertinggi sejak September 2015," ujarnya.
Ia mengatakan, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi akan dirasakan langsung oleh masyarakat.
Selain itu, daya beli masyarakat akan menurun sehingga akan meningkatkan jumlah orang miskin baru.
Lantaran kondisi saat ini masyarakat dihadapkan dengan kenaikan harga pangan yang inflasinya mendekati 5 persen.
Di sisi lain, masyarakat masih belum pulih dari pandemi Covid-19, terbukti ada 11 juta lebih pekerja kehilangan pekerjaan, jam kerja dan gaji dipotong, hingga dirumahkan.
"Maka, kalau ditambah kenaikan harga BBM subsidi, dikhawatirkan tekanan ekonomi untuk 40 persen kelompok rumah tangga terbawah akan semakin berat. Belum lagi ada 64 juta UMKM yang bergantung dari BBM subsidi," jelas Bhima.
Baca Juga: Jika Harga Pertalite Naik Jadi Rp 10.000, Hitung Pengeluaran Bensin Yamaha NMAX Sebulan
Maka dari itu, ia mengatakan pemerintah perlu memikirkan efek kenaikan harga Pertalite ke UMKM.
Soalnya, pengguna BBM subsidi ini bukan hanya kendaraan pribadi, melainkan juga dipakai untuk kendaraan operasional usaha kecil dan mikro.
Ia mengakui, kenaikan harga Pertalite memang akan meringankan beban APBN, mengingat anggaran subsidi dan kompensasi energi di tahun ini sudah membengkak jadi Rp 502 triliun.
Namun, mengingat dampaknya yang akan dirasakan langsung ke masyarakat, pemerintah wajib meningkatkan dana belanja sosial sebagai kompensasi kepada orang miskin dan rentan miskin atas naiknya harga BBM bersubsidi.
"Jadi ini ibarat hemat di kantong kanan, tapi keluar dana lebih besar di kantong kiri," kata dia.
Pengamat Energi UGM Fahmy Radhi menilai kenaikan harga Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter merupakan angka yang terlalu tinggi bagi masyarakat.
Akibatnya, malah akan membuat lonjakan inflasi dan penurunan daya beli masyarakat.
Ia memperkirakan, dengan kenaikan menjadi Rp 10.000 per liter, Pertalite akan memiliki andil 0,93 persen-1 persen terhadap inflasi nasional.
Alhasil, jika inflasi pangan tetap di kisaran 5 persen, inflasi nasional bisa mencapai kisaran 6 persen-7 persen.
"Ini membahayakan. Sebab, menurunkan daya beli, menurunkan juga pertumbuhan ekonomi yang saat ini dicapai 5,44 persen (di kuartal II-2022), itu bisa jadi turun," tutup Fahmy.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga Pertalite Diisukan Naik Jadi Rp 10.000 Per Liter, Apa Dampaknya?"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR