MOTOR Plus-Online.com - Berikut risiko motor yang pakai bahan bakar minyak (BBM) atau bensin dengan RON Rendah.
Buat brother yang belum tahu RON merupakan kepanjangan dari Research Octane Number.
RON dijadikan patokan untuk menentukan kualitas BBM berdasarkan nilai atau tingkat oktan.
Bicara soal tingkatan RON BBM di Indonesia ada beberapa macam jenisnya.
Contoh yang populer antara lain Premium (RON 88), Pertalite (RON (90), Pertamax (RON 92), dan Pertamax Turbo (RON 98).
Tentunya semakin tinggi angka RON akan semakin mahal karena punya kualitas lebih bagus.
Bagi pengendara motor di Indonesia mayoritas memakai BBM jenis Pertalite (RON 90) yang disalurkan Pertamina.
Sebab Pertalite cocok digunakan untuk kendaraan dengan rasio kompresi mesin 9:1 sampai 10:1.
Baca Juga: Viral Harga BBM VIVO Lebih Murah Dari Pertalite, Cuma Rp 8.900, Ini Tanggapan Pertamina
Motor-motor yang dimiliki masyarakat Indonesia juga didominasi rasio kompresi tersebut, contoh populernya Honda BeAT dan sekelasnya.
Lantas apakah ada resiko motor jika memakai bensin RON rendah terus-menerus dalam jangka lama?
Ahmad Safrudin selaku Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bahan Bakar Bertimbel (KPBB) membeberkan resiko motor pakai bensin RON rendah.
"Salah satu zat yang berbahaya bagi mesin adalah belerang atau sulfur)," ujar Ahmad Safrudin dalam acara siaran langsung NGOVI dilaman Facebook GridOto, Kamis (6/1/2022).
"Premium 88 dan Pertalite 90 punya kadar belerang di kisaran 150 sampai 200 ppm (part per milion),".
"Sementara untuk standar Euro 4 itu menghendaki maksimal 50 ppm," jelasnya
Kadar belerang bensin Premium dan Pertalite lebih besar 3 atau 4 kali lipat dari yang diperbolehkan.
Hal itu jika brother biarkan akan punya efek buruk ke mesin kendaraan yang sudah dilengkapi catalytic converter.
Catalytic converter ini berfungsi untuk mengurangi emisi gas buang dari motor agar lebih ramah lingkungan.
"Efeknya akan merusak kendaraan bermotor yang sudah dilengkapi catalytic converter," tambahnya.
"Kalau kita menggunakan bahan bakar dengan kadar belerang tinggi bisa merusak catalytic converter," sambungnya.
Lebih lanjut, kerusakan catalytic converter dapat mempengaruhi kinerja ECU dan akhirnya merembet merusak mesin.
"Jadi begitu catalytic converter rusak, otomatis akan memberikan sinyal ke kendaraan untuk tidak berjalan normal," pungkasnya.
Source | : | Facebook.com/GridOto |
Penulis | : | Ilham Ega Safari |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR