Motor Plus-online.com - Hacker Bjorka klaim ungkap identitas dalang pembunuhan Munir, Aktivis HAM yang juga bikers sejati.
Beberapa hari ini Indonesia digegerkan oleh seorang hacker bernama Bjorka.
Hacker ini berhasil meretas dan mendapatkan beberapa data penting yang ada di Indonesia.
Ada pun beberapa data yang berhasi dirinya bacorkan adalah, yakni data penduduk Indonesia, data pengguna SIM Card, data pribadi Menteri Kominfo Johnny G Plate serta data dokumen rahasia milik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut klaimnya, ia juga telah membongkar dalang dibalik pembunuhan aktivis Munir Said Thalib.
Dalam akun telegram bjorkanism, hacker itu juga mengungkap sosok dalang tewasnya aktivis Munir Said Thalib.
Dirinya mengunggah sebuah tautan yang berisikan artikel yang menurutnya adalah profil dari pembunuh Munir.
Pada artikel yang ditulis Bjorka, Ia mengatakan ada sosok tertentu di balik kasus pembunuhan Munir.
Baca Juga: Punya Ide Menarik, Pemuda di Papua Dukung Kenaikan Harga BBM dan Usul Subsidi Dihapuskan
Dirinya mengklaim bahwa yang membunuh Munir diduga adalah Muchdi Purwopranjono yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Berkarya.
"I will give you a name if you ask who was behind Munir's murder. He is Muchdi Purwopranjono who currently serves as Chairman of the Berkarya Party. (Saya beri satu nama barang kali kalian bertanya siapa di balik pembunuhan Munir. Dia adalah Muchdi Purwopranjono yang sekarang menjadi Ketua Partai Berkarya)" kata Bjorka melalui unggahannya.
Tak hanya membeberkan nama, Bjorka bahkan berani mengusut data diri Muchdi Purwopranjono yang ia klaim sebagai pembunuh Munir.
Buat bikers kelahiran 2000-an pasti asing bila mendengar nama aktivis HAM Munir Said Thalib.
Ia adalah Aktivis HAM di Indonesia, yang meninggal dunia pada 7 September 2004.
Munir meninggal di dalam pesawat Garuda bernomor GA-974 yang ditumpanginya dari Indonesia menuju Belanda.
Pada hari itu, Munir bertolak dari Indonesia menuju Amsterdam dalam rangka menempuh pendidikan master di Universitas Utrecht, Amsterdam.
Jenazah Munir pun dibawa pulang ke Indonesia dan dimakamkan pada 12 September 2004 di Kota Batu, Malang.
Sudah 18 tuhan berlalu, namun belum terkuak juga siapa yang melakukan pembunuhan terhadap Munir.
Melihat sisi lain aktivis HAM ini, ternyata Ia adalah seorang sosok sederhana dan juga seorang bikers sejati.
Roda dua adalah pilihan utama dalam menjalankan aktivitasnya.
Begitu motornya disikat maling, 'kaki'-nya pun ikutan lumpuh.
Maklum, ketika masih hidup, aktivis pro orang kecil ini memiliki mobilitas yang tinggi.
"Motor bersentuhan dengan masyarakat bawah. Bukan Cuma transportasi, tapi sekaligus alat komunikasi," ujar laki-laki kalem asal Malang itu kepada Motor Plus, Sabtu 16 Februari 2002.
Nah, pada 22 Januari 2002, Honda Supra 1999 andalannya “dipinjam” manusia kurang ajar.
Motor itu raib dari halaman parkir KONTRAS, sebelum pindah ke Kwitang, di Jl. Mendut, No. 3, Menteng, Jakarta Pusat.
"Ini kehilangan yang ketiga," cetus lelaki yang akrab disapa Cak Munir dan kerap keluar masuk gang sempit demi tugasnya itu.
Sosok yang bikin gerah militer zaman ORBA ini, pertama kehilangan Astrea Star 1995 pada Oktober 2000.
Motor itu dicongkel di parkiran Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.
Saat itu, Cak Munir sedang dinas luar, pas pulang Magrib, motor telah lenyap.
Padahal teman parkirnya, Astrea Star, masih ada.
Kejadian itu langsung ia dilaporkan ke polisi.
"Bukan berharap motor balik. Sekadar antisipasi jangan jadi tertuduh."
"Bahaya kalau sewaktu-waktu motor saya jadi alat kejahatan," bilang pria berkumis lebat itu.
Cak Munir pertama nyemplak kuda besi kelas 2 SMA.
Saking lebatnya kumis Cak Munir, kadang kumisnya saja yang bergerak.
Apalagi kalau ada mahasiswa atau rakyat dilaporkan diculik.
Baca Juga: Asyik Harga Pertalite Bisa Turun Diungkap Menteri ESDM Karena Minyak Dunia Turun Berlaku Mulai Kapan
Tapi kali ini, kumis Cak Munir tak bisa berbuat banyak karena motornya diculik orang tak dikenal.
Kembali Cak Munir membeli Mandra. Maksudnya, Supra 1999.
Pada September 2001, di lokasi yang sama (LBH Jakarta), motor itu diculik juga.
Supra ini diparkir lama lantaran ditinggal tugas ke Papua. Maklum, di Papua banyak orang lenyap tiba-tiba.
Iya, macam lenyapnya Supra Cak Munir.
"Padahal setang dan roda telah dikunci," cerita kelahiran Malang, 8 Desember 1965 ini.
Ajaibnya, Supra yang dicolong itu dikembalikan lagi oleh pencurinya.
Itu setelah diberitakan di koran, si maling yang masih anak muda, kembali sembari menyerahkan duit Rp100 ribu.
Duit ini pengganti kerusakan kunci pengaman yang dirusak paksa. Kebetulan si anak muda, tahu Cak Munir pembela rakyat kecil!
Cak Munir nggak langsung menerima motor dan uang tersebut.
Ia malah menyuruh si anak muda ke bengkel. Si anak muda diminta memperbaiki sendiri kerusakan.
"Eh, dia balik lagi membawa motor. Itu sudah berikut kunci pengaman baru yang rapi," kenang Cak Munir yang dikenal berani.
Baca Juga: Buruan Serbu Bebas Beli Pertalite Tanpa MyPertamina, Sistem Digital di SPBU Dihentikan Sementara
Lha, orang belum berani menyentuh ABRI, dia geber tindakan aparat yang berlebihan.
Empat bulan dari kejadian itu, motornya kembali diculik dan tidak pernah ketemu lagi.
Ketika ditanya apakah mau beli motor lagi, ia menjawab, “He, he, he..., beberapa teman mengusulkan saya tak perlu pake motor.”
Tapi itulah sosok Munir. Walau saat itu di kantornya bertengger Toyota Kijang dinas, dia tetap bikers sejati.
Ia lebih senang naik ojek. Karena ojek lebih mudah menerobos sana-sini mengelak kemacetan.
Dari rumah kontrakannya saat itu di Tebet, tukang ojek setia di mulut gang, mengantarnya ke KONTRAS.
"Tukang ojek sudah kenal saya. Tiap pagi saya selalu naik rider langganan itu," ujar Munir.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "FAKTA Hacker Bjorka, Klaim Retas Data BIN-Jokowi hingga Bongkar Dalang di Balik Pembunuhan Munir"
Source | : | intisari,tribunnew.com,Suar.grid.id,Berbagai sumber |
Penulis | : | Aditya Prathama |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR