Menurut Ibau Ala, kebijakan BBM satu harga pada dasarnya beroperasi di daerah tersebut.
Tetapi akses yang sulit mengakibatkan distribusi terhambat.
Sedangkan harga BBM yang dikeluhkan masyarakat sana adalah BBM peruntukan di BBM satu harga seperti Pertalite atau Pertamax.
Alhasil, menyebabkan rentang harga jual berkisar Rp 22 hingga Rp 30 ribu per liter.
"Jika dalam kondisi sulit, terkendala mobilisasi saat musim hujan, otomatis BBM satu harga terlambat sampai. Ini yang mengakibatkan harga di sana dibeli masyarakat sampai Rp 22 ribu hingga Rp 30 ribu seliter," ujarnya.
Hal ini turut membuat para mahasiswa Malinau melakukan aksi unjuk rasa di Kantor DPRD Malinau.
Unjuk rasa tersebut terkait distribusi BBM di Perbatasan RI-Malaysia, mereka membuat 7 poin tuntutan.
Poin ke-7 tuntutan mahasiswa yang tergabung dalam gerakan Cipayung Plus Malinau menuntut optimalisasi program BBM satu harga.
Baca Juga: Beli Pertalite di Daerah Ini Cuma Boleh Sekali Sehari, Segini Batasan Pembeliannya
Source | : | TribunKaltara.com |
Editor | : | Aong |