MOTOR Plus-online.com - Bikin geger warna Pertalite mengalami perubahan setelah harga naik jadi Rp 10 ribu per liter, Pertamina langsung uji spesifikasi BBM.
Selain warna yang berubah, Pertalite juga dinilai makin boros.
Warna Pertalite mengalami perubahan diakui Pertamina tapi tidak benar kalau makin boros.
Uji spesifikasi Bahan Bakar Minyak (BBM) juga dilakukan Pertamina untuk membuktikan kabar yang beredar di masyarakat.
Pertamina memastikan spesifikasi dan standart Bahan Bakar Minyak (BBM) sebelum sampai ke tangan masyarakat.
Uji spesifikasi BBM ini dilakukan melalui proses quality control BBM.
Dilansir dari Antara, Pertamina juga melakukan uji spesifikasi BBM jenis Pertalite dengan metode destilasi di Laboratorium Pertamina di Integrated Terminal Plumpang, Jakarta Utara, Selasa (27/9/2022).
Uji ini dilakukan untuk menjawab adanya isu Pertalite yang dianggap lebih boros dan warnanya pun berubah.
Baca Juga: Dosen ITB Bongkar Akibat Campur Pertalite dengan Pertamax di Motor, Harm Effect Bisa Merusak Mesin
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, menjelaskan bahwa perubahan warna pada BBM itu tidak berpengaruh terhadap performa atau spesifikasi dari BBM.
Selain melalukan pengujian destilasi, Pertamina juga melakukan proses quality control untuk memastikan bahwa produknya memenuhi standart dan tidak mengalami penurunan spesifikasi.
Adapun proses quality control ini tidak hanya dilakukan saat munculnya isu tersebut. Melainkan dilakukan secara rutin.
"Tentu (quality control dilakukan secara rutin), tutur Irto, saat dihubungi oleh Kompas.com, Kamis (29/9/2022). "Ini quality control yang sudah berjalan selama ini," terangnya lagi.
Proses quality control BBM itu dilakukan sejak produk BBM masuk ke tangki timbun di Fuel Terminal (TBBM) hingga tepat sebelum disalurkan menuju SPBU.
"Proses quality control sebuah produk BBM sebelum bisa dinyatakan layak didistribusikan menuju SPBU ini dimulai dari saat produk tersebut disuplai dari kilang atau impor, saat penyimpanan, hingga sebelum disalurkan ke SPBU," terang Irto, dilansir dari laman Pertamina.
Sebelum produk BBM bisa masuk ke tangki timbun di Fuel Terminal, Pertamina terlebih dahulu memastikan produk BBM yang disuplai memiliki certificate of quality.
Kemudian, produk BBM yang disuplai lewat pipa akan diuji speknya selama pemompaan ke tanki timbun. Saat proses suplai melalui kapal juga dilakukan pengujian kelayakan.
Baca Juga: Cara Tes Konsumsi Pertalite dan BBM Lain Lebih Boros atau Irit, Pakar ITB Kasih Penjelasannya
"Ini adalah tahap awal. Jadi sebelum sebuah produk BBM bisa benar-benar masuk ke tangki timbun, sudah ada beberapa proses quality control," tutur Irto.
Saat penyimpanan di tangki timbun, proses quality control juga tetap dilakukan secara periodik.
Produk BBM secara berkala diuji tepat setelah proses pemompaan baik dari pipa kilang atau impor hingga sebelum disalurkan ke mobil tangki.
Sebelum mobil tangki dapat keluar dari Fuel Terminal BBM dan menuju SPBU tujuannya, produk BBM akan kembali diuji di pintu keluar.
Kemudian Pertamina Patra Niaga juga melakukan pengecekan sebelum proses bongkar BBM dari mobil tanki hingga setelah seluruh produk BBM sudah tersalurkan ke tanki pendam SPBU.
Dari tiap-tiap proses quality control di atas, akan diketahui apakah produk BBM itu lolos uji atau tidak. Jika lolos uji quality control, maka produk akan dijual kepada masyarakat.
Sebaliknya, jika sampel yang digunakan terbukti tidak layak, produk tidak akan bisa keluar dari Terminal BBM.
"Di SPBU ini juga ada pengecekan, jika ada yang dirasa tidak sesuai spesifikasi, produk BBM tersebut akan diuji sample lagi di Fuel Terminal, tidak akan dijual," ungkap Irto.
Baca Juga: Ahli Ungkap Cara Beli yang Salah Membuat Pertalite Jadi Terasa Boros Setelah Naik Harga
Oleh karena itu, Pertamina mengimbau agar masyarakat tidak khawatir terhadap spesifikasi BBM.
"Pertamina berkomitmen seluruh produk BBM yang dijual di lembaga penyalur resminya sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan," tandas Irto.
Sementara itu, sejumlah ahli menyampaikan dugaan penyebab Pertalite yang dianggap semakin boros.
Diberitakan Kompas.com (25/9/2022), Ahli Bahan Bakar dan Pembakaran Fakultas Teknik Mesin dan Dirgandara Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswisjajanto menjelaskan, penurunan kualitas Pertalite kemungkinan bisa terjadi karena massa jenis yang berubah.
Faktor massa jenis ini mencerminkan energi per liter bahan bakar.
Jika masa masa jenisnya turun, maka energi yang diperoleh per liternya juga sedikit meskipun uang yang dibayarkan sama seperti sebelumnya.
Menurut Tri, terdapat beberapa faktor penyebab turunnya massa jenis BBM ini, mulai dari kondisi crude oil yang menurun secara alami hingga adanya kesalahan saat proses pengolahan.
Di sisi lain, dugaan penyebab Pertalite yang semakin boros juga bisa dipengaruhi oleh peralihan konsumsi BBM.
Baca Juga: Kapan Harga Pertalite Turun Seperti Pertamax, Pertamina Malah Bilang Begini
Kendaraan yang sebelumnya menggunakan Pertamax dan beralih ke Pertalite memang akan terasa lebih boros.
Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Jayan Sentanuhady menuturkan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh nilai kalor dan oktan.
Apabila pemilik kendaraan biasa menggunakan BBM dengan nilai oktan tinggi dan beralih ke BBM dengan nilai oktan rendah, maka akan menimbulkan masalah, seperti auto ignition, bahkan knocking.
"Nah auto ignition dan knocking ini membuat tenaga mesin drop," jelas Jaya.
"Sehingga untuk mendapatkan power yang sama dengan power BBM Pertamax sangat wajar oktan yang rendah akan lebih boros," tandasnya.
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR