MOTOR Plus-Online.com - Penghambat besar dalam pengembangan motor listrik di Indonesia.
Tahun ini, ekosistem motor listrik semakin dilirik masyarakat Indonesia.
Pertumbuhannya juga terus mengalami perkembangan, serta pemerintah mendukung penuh elektrifikasi.
Bahkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah memberi instruksi kepada bawahannya untuk membantu akselerasi era kendaraan listrik secara nasional.
Namun, dalam pelaksanaanya ada beberapa persoalan yang harus dihadapi.
Karena itu, perusahaan patungan PT GoTO Gojek Tokopedia Tbk dan PT TBS Energi Utama Tbk yakni Electrum sudah siap menghadapi berbagai tantangan.
Managing Director Electrum Patrick Adhiatmadja mengungkapkan 3 aspek penghambat perkembangan motor listrik di Indonesia.
3 aspek penghambat ini meliputi infrastruktur, produk,dan ketersediaan fasilitator.
Baca Juga: Ojek Motor Listrik Gratis Resmi Beroperasi, Siap Antar Peserta KTT G20
Masalah infrastruktur disebut lebih dekat dengan jarak tempuh motor listrik.
Patrick menyebut rata-rata motor listrik rata-rata harus memiliki baterai buat menempuh jarak 100 kilometer.
"Kalau kita kembali mitra Gojek, heavy duty user, average distance per hari 125-150 km per hari, dan ini tidak cukup," kata Patrick.
Karena itu, adanya opsi layanan swap baterai bakal membantu masalah ini.
Ia berharap ke depannya infrastruktur stasiun swap baterai kendaraan listrik akan banyak.
Sementara untuk opsi stasiun pengisian ulang baterai menurutnya sulit untuk diterapkan di Indonesia.
"Kenapa enggak mengadopsi sistem charging? Di Indonesia masih ada sedikit kendala,"
"kalau misalnya mengendarai harus kembali ke rumah, di rumah rata-rata listrik di bawah 1.300 watt, sedangkan charge baterai minimum 500-700 watt," tuturnya.
Baca Juga: Sandiaga Uno Dukung Electrum Bantu Akselerasi Pengembangan Ekosistem Motor Listrik Nasional
Selain itu, aspek produk dan harga motor listrik dinilai belum sesuai dengan kebutuhan pengguna.
"Kalau ada yang low price tentunya performancenya tidak bisa memenuhi kebutuhan. Kalau yang performance-nya bagus harganya mahal," ujarnya.
Kemudian aspek fasiliator juga sangat penting, mengingat motor listrik masih dalam tahapan awal untuk transisi ke kendaraan ramah lingkungan.
"Kendaraan listrik karena belum ada track record cenderung belum banyak disediakan lembaga pembiayaan, ini juga menyebabkan tumbuhnya tidak secepat yang kita harapkan," ujar Patrick.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Tantangan Adopsi Motor Listrik di Indonesia"
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Ilham Ega Safari |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR