MOTOR Plus-online.com - Perjuangan supaya mendapatkan BBM Pertalite, nelayan di Buleleng Bali sampai antre berjam-jam di SPBU. Ternyata mereka terkadang juga enggak mendapatkan jatah, begini penjelasannya.
Sejak harganya naik menjadi Rp 10.000 per liter, kabar seputar Pertalite terus menjadi sorotan. Termasuk kelangkaan Pertalite yang terjadi beberapa waktu belakang.
Seperti yang dialami kelompok nelayan Sinar Bahari, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. Mereka kesulitan mendapatkan Pertalite.
Adapun kesulitan untuk mendapatkan Pertalite sudah mereka rasakan sejak tiga bulan belakangan.
Setiap ingin membeli Pertalite di SPBU Dencarik, pihaknya harus ngantre berjam-jam.
Petugas SPBU lebih mengutamakan pengecer yang menjual BBM di warung, sehingga terkadang para nelayan tidak mendapatkan jatah.
Keluhan tersebut disampaikan saat Kapolres Buleleng, AKBP I Made Dhanuardana, menggelar Jumat Curhat bersama sejumlah warga desa setempat, pada Jumat (9/12/2022).
Hal itu disampaikan Ketua Kelompok Nelayan Sinar Bahari, Kamarudin.
Baca Juga: Kelangkaan Pertalite dan Solar di Bali Masih Terjadi, Pelaku Pariwisata Minta Pertamina Lakukan Ini
"Kami kadang harus mengantre sampai jam 11 atau 12 siang. Waktu kami banyak terbuang, karena kalau siang itu kami kebanyakan bikin alat pancing, untuk dipakai melaut pada malam hari. Kalau mengantre berjam-jam di SPBU kapan kami bisa istirahat," ujarnya mengutip TribunBali.com.
Ia menyebutkan, BBM yang dibutuhkan sekitar 20 hingga 40 liter rata-rata setiap melaut.
Setiap hendak membeli BBM, Kamarudin selalu menunjukan KTPnya, yang pekerjaannya sudah tertera sebagai nelayan.
Namun petugas SPBU, kata Kamarudin, malah pernah menolak dan tidak percaya.
Sehingga Kamarudin diminta untuk mencari Kartu Pelaku Utama Sektor Kelautan dan Perikanan (KUSUKA).
"Harus menunjukan KUSUKA karena tidak boleh beli BBM pakai jeriken. Sementara mesin perahu kami itu mesin tempel. Masak kami harus bawa mesin itu ke SPBU, untuk ngisi BBM tentu harus pakai jeriken," keluhnya.
"Setelah disuruh bikin kartu KUSUKA saya langsung ke Dinas Perikanan, sudah bikin untuk 37 anggota kelompok nelayan lainnya. Namun sekarang kartu itu masih di kantor perbekel, kami akan koordinasi ke kantor perbekel biar kartu itu bisa segera dibagikan," katanya.
Akibat kesulitan mendapatkan BBM, Kamarudin pun mengaku kadang tidak pergi melaut untuk mencari ikan.
Ia pun berharap, permasalahan ini bisa segera diatasi oleh pihak kepolisian, serta dinas terkait.
"Kami berharap SPBU ini lebih mengutamakan nelayanlah ketimbang pengecer. Toh juga kami belinya hanya 20 sampai 40 liter. Kalau pengecer itu sekali beli sampai empat jeriken yang isi per jerikennya 6 liter. Pekerjaan kami membutuhkan BBM, kalau tidak ada BBM kami tidak bisa melaut," jelasnya.
Sementara Kapolres Buleleng, AKBP I Made Dhanuardana, mengatakan keluhan para nelayan ini akan segera ditindaklanjuti oleh pihaknya.
Dengan berkoordinasi ke instansi terkait, serta pemilik SPBU Dencarik.
Koordinasi dilakukan agar kiranya para petugas SPBU, dapat melayani para nelayan yang memerlukan BBM, sesuai dengan rekomendasi yang dimilikinya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul "Nelayan Sinar Bahari di Buleleng Bali Curhat Susah Dapat BBM Pertalite!"
Source | : | TribunBali.com |
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR