MOTOR Plus-online.com - Selama ini motor bebek yang terkenal kapasitas mesin besar hanya 150 cc namun kini ada pesaing.
Muncul motor baru jenis bebek mesin paling besar 185 cc pesaing berat Yamaha MX King dan Supra GTR simak powernya.
Meski kini motor bebek kurang diminati dan hanya dipakai untuk harian namun masih muncul motor barunya dengan mesin besar.
Adapun motor baru jenis bebek tersebut adalah SYM VF 3i 185 Pro, motor jenis bebek super yang ada di Malaysia.
Sesuai namanya, meski sama-sama bebek super namun kapasitasnya mesinnya lebih besar dari MX King 150 dan Supra GTR 150, yakni 185 cc
Kapasitas mesin dari SYM VF 3i 185 Pro sebenarnya adalah pembulatan dari 183 cc. Di sana bebek motor ini memang diposisikan menjadi pesaing pasar MX King dan Supra GTR.
Makanya, mesin yang yang diusungnya lebih powerfull sebagai modal untuk melawan dua raksasa Jepang itu.
Untuk spesifikasi teknisnya, SYM VF 3i 185 Pro menggunakan mesin SOHC dengan bore x stroke, 63,5 x 57,8 mm.
Baca Juga: Motor Baru Yamaha Mio M3 dan Lainnya Diskon di Awal Tahun 2023, Buruan Sikat
Baca Juga: Honda CB1000R 2023 Tampil Lebih Elegan, Warna Bikin Ngiler
Tenaga mesin dari SYM VF 3i 185 Pro ini tembus 19,71 dk (14,7 Kw) di putaran mesin 9.000 rpm.
Sementara itu torsinya tembus 17,4 Nm saat digeber di 7.500, yang mengandalkan sistem Injeksi serta berpendingin radiator.
Dengan performa tersebut, jelas cukup jauh dengan MX King 150 dan Supra GTR 150 yang ada di Indonesia.
Di mana MX King 150 dan Supra GTR 150 masing-masing cuma punya power 15 dk dan 16 dk saja.
SYM VF 3i 185 Pro ini sudah dibekali dengan ABS, juga tuas rem dan kopling adjustable asli bawaan pabrik.
Untuk tampilannya, SYM VF 3i 185 Pro juga mirip-mirip dengan dua bebek super Jepang itu.
Yakni punya garis lekukan bodi yang tajam, sepatbor depan ala motor sport, suspensi monosok dan serta sepatbor belakang model gantung.
Kaki-kaki juga bisa dibilang lumayan kekar dengan pelek ukuran 17 inci dibalut ban 90/80 di depan, dan 120/70 di belakang.
Namun, headlampnya masih menggunakan model konvensional dan panel instrumen belum full digital mungkin menjadikan kekurangannya.
| Penulis | : | Dida Argadea |
| Editor | : | Aong |
KOMENTAR