Namun konsekuensinya adalah motor Yamaha YZR-M1 kehilangan kemampuan saat melibat high speed cornering.
Pasalnya, sejurus peningkatan top speed di mana mendongrak performa mesin.
Tenaga mesin yang dikeluarken ke ban belakang malah membuat lebih sering spin.
Alhasil, motor MotoGP Yamaha YZR-M1 kehilangan banyak waktu saat keluar tikungan akibat efek ban belakang terlalu spin.
Buntutnya motor MotoGP Yamaha selalu masala dengan daya cengkeram ban belakang alias rear grip.
Isu yang sudah mengemuka sejak Valentino Rossi masih di skuat Yamaha pabrikan 2018 silam.
Sementara itu Yamaha pabrikan tidak terlalu intensif dalam riset perangkat aerodinamika baik aerofairing, aerobody atau pun sayap belakang seperti motor MotoGP Eropa.
Hal itu terlihat saat tes pramusim MotoGP Portugal beberapa waktu lalu yang memperkenalkan riset aerobody downwash ducat dan sayap belakang.
Namun demikian, feedback dari pembalap reguler; Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli, mengungkapkan tidak ada perubahan yang mencolok.
Baca Juga: Valentino Rossi Jadi Brand Ambassador Yamaha, VR46 Racing Tetap Ducati
Langkah berbeda dilakukan Honda pabrikan yang langsung mencopas apa yang ada di motor MotoGP Eropa ke motor MotoGP Honda RC213V.
Katakanlah aerobody downwash duct kemudian winglet belakang hingga sasis dan juga swing arm.
Tak sampai di situ, technical manager HRC pun mencomot manajer teknis eks Suzuki MotoGP, Ken Kawauchi.
Hanya saja langkah dan terobosoan Honda pabrikan yang radikal dan ingin cepat sukses malah blunder.
Meski demikian, Honda pabrikan performanya lebih baik ketimbang Yamaha yang berhasil menggasak kemenangan di MotoGP Amerika 2023 lewat Alex Rins.
Rasa-rasanya jika motor MotoGP Jepang hanya copy paste mentah-mentah dari motor MotoGP Eropa.
Hanya saja bila tidak melakukan secara integral dan terproses, sepertinya motor MotoGP Eropa tetap sulit ditaklukkan motor MotoGP Jepang di musim ini.
Source | : | Berbagai sumber |
Penulis | : | Joni Lono Mulia |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR