MOTOR Plus-online.com - Mantul alias mantap betul motor listrik yang digarap siswa SMKN 1 Cempaga ini, konversi dari motor bensin jadi pakai baterai ngecasnya singkat.
Saga Electric Vehicle, sebuah motor listrik hasil konversi dari motor berbahan bakar minyak dan diluncurkan pada Sabtu (3/6/2023).
Bukan cuma sekedar peluncuran, rupanya sekolah tersebut menjadi yang pertama meluncurkan motor listrik di wilayah Kalimantan Tengah.
Hal tersebut disampaikan salah satu siswa kelas XI TKR 2, Krisna Januarta.
"Sebagai siswa SMKN 1 Cempaya, saya sangat bangga, karena kami berhasil mengkonversi motor biasa menjadi motor Listrik. Semoga ini bisa dikembangkan lagi ke depannya dan tidak berhenti sampai disini," ungkapnya dikutip dari TribunKalteng.com.
Awal mula program konversi motor BBM menjadi Motor Listrik ini merupakan langkah SMKN 1 Cempaga, untuk mendukung program pemerintah pusat dalam mengurangi emisi karbon.
Tidak hanya itu, motor tanpa bensin dinilai memiliki beberapa keunggulan dibanding motor BBM, seperti irit, ramah lingkungan, tidak menyebabka polusi udara maupun suara.
"Banyak keunggulannya dibanding motor biasa. Maka dari itu kami berharap dukungan pemerintah daerah terhadap karya-karya inovatif siswa, sehingga taraf pendidikan di Kalteng, khususnya Kotim, bisa lebih berkembang ke depannya," kata Kepala Prodi Tekni Otomotif SMKN 1 Cempaga, Febri Anggoro.
Baca Juga: Kalah Sama Vrindavan, Indonesia Belum Siap Untuk Fast Charging Motor Listrik Masal
Febri menggambarkan proses konversi kendaraan bermotor yang secara bertahap dipelajari sejak 2022 lalu dan baru dirilis tahun 2023 ini.
80 persen motor listrik hasil konversi itu dilakukan oleh para siswa, sementara Kapordi dan guru hanya mendampingi dan membimbing.
Mulai dari praktek membongkar mesin asli kendaraan kemudian diganti dengan spare part untuk kendaraan listrik.
Ada dua tipe motor listrik yang dibuat yang dibedakan letak penggeraknya, yakni mid drive dan hard drive.
Pihaknya menggunakan bodi motor matic dan motor bebek mesinnya diganti dengan Motor Listrik.
Untuk bagian sasis, perangkat keselamatan berkendara, rem, dan lampu tetap mempertahankan bawaan motor aslinya.
"Beberapa bagian tetap seperti kondisi semula, hanya perubahan dalam sistem tegangan. Karena tegangan listrik dari baterai mencapai 72 volt, jadi harus kami turunkan menjadi 12 volt. Kami menggunakan yang namanya converter," lanjutnya.
Yang menarik adalah, top speed alias kecepatan maksimal motor tanpa knalpot ini sebenarnya bisa mencapai 100 km/jam.
Namun untuk keselamatan berkendaraan pihaknya mengatur agar kecepatan kendaraan hanya 70-80 Km/jam, dengan jarak tempuh maksimal 70 Km.
Kemudian, untuk pengisian daya baterai, memerlukan waktu 3 jam sampai penuh, dan lebih singkat menjadi 2 jam dengan mode fast charging.
Pada proyek awal ini pihaknya membutuhkan waktu sekira 2 hari untuk mengkonversi 1 unit motor yang dikerjakan 3 siswa.
Dengan pengalaman yang ada kini hanya butuh waktu 2 jam untuk mengkonversi 1 unit motor dengan catatan semua kit atau spare part yang dibutuhkan sudah tersedia.
Dalam upaya yang dilakukan pihaknya tak lepas dari yang namanya kendala, dan yang paling dirasakan adalah sulitnya mencari spare part yang diperlukan di daerah ini.
"Tak hanya motor listrik, saat ini kami juga sedang membangun motor listrik yang dibuat oleh para siswa dari nol. Mulai dari sasis, rangka, mesin, sampai body kendaraan, saat ini masih dalam proses pengembangan," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunkalteng.com dengan judul "Keren! SMKN 1 Cempaga Berhasil Konversi dan Luncurkan Motor Listrik Pertama di Kalteng"
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR