MOTOR Plus-online.com - Perkembangan desain motor balap MotoGP semakin maju.
MotoGP musim 2023, tidak hanya duel para pembalap namun juga teknologi motor balapnya.
Tidak hanya mesin yang ditingkatkan performanya, namun juga sektor aerodinamika dan elektronik.
Ini terlihat jelas, kalau brother bandingkan motor balap MotoGP musim 2013 alias 10 tahun lalu.
Desainnya beda banget dibandingkan motor musim 2023, terutama pabrikan dari Eropa.
Hal ini ramai dibicarakan di grup FB MotoGP Tech, yang penuh akan informasi dan perdebatan soal teknologi motor balap.
Banyak netizen menyoroti, soal desain motor MotoGP dari tim asal Jepang, tidak se-ekstrem pabrikan Eropa.
Contohnya kalau brother lihat, perbandingan motor seperti Honda RC213V, Yamaha YZR-M1 dan Suzuki GSX-RR.
Siluetnya motor terbarunya masih mirip dengan 10 tahun lalu, dari fairing sampai buntutnya.
Yang membedakan adalah penambahan paket aerodinamika, seperti winglet di area depannya.
Banyak yang bilang, pabrikan Jepang tidak berani ambil resiko dalam pengembangan motor mereka.
Memang kalau melihat sejarahnya, pabrikan Eropa lebih berani dalam merombak motor balap mereka.
Contohnya Ducati yang mempopulerkan winglet, saat dipakai Ducati Desmosedici di musim 2015.
Padahal motor balap Yamaha duluan memakai winglet, di motor YZR500 musim 1999.
Sejarah winglet di motor GP sendiri, sudah muncul sejak dipakai MV Agusta 500/4 di tahun 1972.
Selain winglet, pabrikan Eropa seperti Ducati dan Aprilia, juga rajin mencoba piranti aerodinamika seperti swingarm deflector.
Makanya kalau brother bandingkan, motor asal Eropa seperti Ducati Desmosedici, KTM RC16 dan Aprilia RS-GP lebih ekstrem.
Saat musim 2013, desain motor mereka lebih ringkas karena belum dipasang winglet misalnya.
Tapi di MotoGP 2023, desainnya lebih radikal karena juga mempertimbangkan ground effect, demi daya tekan lebih baik.
Netizen di grup FB MotoGP Tech menyebut, pengembangan motor pabrikan Eropa lebih berani karena risetnya lebih cepat.
Ini disebabkan riset dan produksi komponen baru, bisa dilakukan cepat karena jarak antara markas tim dan sirkuit tes lebih dekat.
Makanya pengetesannya bisa lebih intens, serta pembuatan komponen lebih cepat mengikuti permintaan pembalap seperti Marc Marquez dengan Honda.
Beda dengan pabrikan Jepang, yang butuh waktu karena markasnya di Jepang, namun pengetesannya di Eropa.
Memang berkaca dari hasil, pabrikan Jepang tetap bisa sukses seperti dibuktikan Suzuki di tahun 2020, dan Yamaha di tahun 2021.
Namun perkembangan motor Ducati, KTM dan Aprilia yang lebih cepat, membuat dominasi pabrikan Jepang mulai tergeser.
Kita tunggu saja, apakah Honda dan Yamaha bisa kembali bangkit, dengan bantuan konsesi demi kebebasan pengembangan motor.
Source | : | MotoGP.com |
Penulis | : | Reyhan Firdaus |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR