MOTOR Plus-online.com - Motor tua Suzuki desain ayam jago sempat tenar dan ada yang masih berkibar sampai sekarang.
Beberapa line up motor Suzuki memang dikenal kencang.
Mulai dari Suzuki Satria 2-tak, Suzuki Raider sampai Satria F150.
Nostalgia motor tua memang banyak jenis dan mereknya.
Mulai dari Yamaha RX-King, Vespa 2-tak sampai motor bebek lawas yang masih tinggi harganya.
Salah satu yang masih berkibar sampai saat ini adalah Suzuki Satria F150.
Sejak kemunculannya pertama kali, Suzuki Satria F150 dikenal sebagai ayam jago.
Suzuki Satria F150 merupakan generasi pertama Suzuki mesin 4-tak.
Ayam jago kencang ini pertama kali diproduksi pada tahun 2005.
Satria F150 dibekali mesin 150cc DOHC, 4 katup berpendingin cairan, berkonfigurasi tegak dengan transmisi 6 percepatan.
Baca Juga: Perjalanan Kawasaki Ninja 2-Tak Series, Bikin Melongo Ninja SS Terjual Rp 120 Juta
Selain Satria F150, Suzuki juga pernah menelurkan generasi ayam jago kencang yakni Raider 125.
Dari tahun 1997 sampai 2005, Suzuki Satria jadi favorit anak muda dan penyuka kecepatan.
Namun karena standar emisi makin ketat, motor-motor 2 tak seperti Suzuki Satria mulai stop produksi.
Beruntung Suzuki gerak cepat dan langsung menghadirkan penggantinya yaitu Suzuki Satria F, dengan mesin 4 tak.
Berikut motor tua ayam jago produk Suzuki.
1. Suzuki Raider 125 (2002-2004)
Suzuki Raider 125 merupakan motor bebek ayam jago 4-tak pertama Suzuki Indonesia.
Saat itu, Suzuki Raider 125 menemani Suzuki RK Cool dan Suzuki FXR 150, dalam line up motor CBU Suzuki Indonesia.
Banyak teknologi dan fitur dari Suzuki Raider 125, yang akhirnya dipakai di Suzuki Satria F150.
Misalnya rangka twin spar, mesin 4 tak DOHC 4-klep dengan oil cooler, yang disebut SACS (Suzuki Advanced Cooling System).
Mesin ini sendiri awalnya dipakai di Suzuki FX125, motor bebek sport yang dijual di Malaysia.
Karena spesifikasinya mumpuni, basis mesin ini juga dipakai di Suzuki FXR 150 sampai Satria F 150.
Baca Juga: Nostalgia Motor Murah Honda Supra X, Bebek Legendaris Musuh SPBU
Pamor Suzuki Raider 125 sendiri kurang terkenal, karena kurang promosi dan hanya dijual 2 tahun saja.
Suzuki Raider 150 (2004)
Usai Raider 125, Suzuki sendiri meluncurkan Raider 150 di Thailand di tahun 2004.
Dengan desain futuristik bertema "Hyper Underbone", motor ini langsung laris manis dijual oleh pedagang motor CBU.
Maklum saja, saat itu pedagang motor CBU sudah laris menjual kompetitor Raider 150, yaitu Honda Sonic 125 RS.
Akhirnya Suzuki Indonesia gerak cepat, dan segera menghadirkan versi Indonesia yaitu Suzuki Satria F150.
Suzuki Satria F150 (2004 - 2006)
Seperti disebutkan di atas, Suzuki Indonesia secara resmi menghadirkan Raider 150 versi Indonesia yaitu Satria F 150.
Pada peluncurannya, motor ini diburu anak muda dan penyuka kecepatan berkat speknya yang oke.
Terutama tertarik akan mesin 147,3 cc 4 tak DOHC bertenaga 16 dk / 9.500 rpm dan torsi 12,7 Nm / 8.500 rpm.
Dengan bentuk sporty dan lari kencang, motor ini sukses menggantikan Satria 120 2 tak yang legendaris di Indonesia.
Namun harus diingat, pada awalnya Satria F 150 masuk ke Indonesia dengan skema CBU dari Thailand.
Perbedaannya dibanding Raider 150 Thailand, ada di cowling dan leg shield.
Baca Juga: Mulai Rp 900 Ribuan Motor Murah Yamaha Alfa 1995 Dilelang Surat Lengkap Cocok Buat Bahan Restorasi
Kalau versi Thailand, cowling dan legshield-nya terpisah.
Sedangkan versi Indonesia modelnya full tertutup, yang akhirnya diikuti juga di versi Thailand dan Filipina.
Suzuki Satria F 150 (2007)
Karena permintaan pasar yang membludak, akhirnya di tahun 2007 Suzuki Satria F 150 dirakit lokal alias CKD.
Rupanya ada perbedaan juga, seperti pilihan warna sekarang tersedia warna hitam dan biru putih.
Serta penambahan fitur electric starter, karena sebelumnya hanya tersedia kick starter saja.
Namun Satria F 150 generasi pertama tahun 2007 termasuk jarang, karena muncul versi facelift-nya.
Suzuki Satria F 150 (2007 - 2013)
Ini dia Suzuki Satria F 150 versi facelift, yang perubahannya paling jelas ada di batok lampunya.
Batok lampunya lebih besar, dan pakai reflektor lampu runcing yang terinspirasi moge supersport Suzuki GSX-R600.
Lalu ada tambahan tombol mode Suzuki Drive Mode Switch/S-DMS untuk mengingatkan pengendara kalau mau irit bensin.
Kalau mau irit, eco indicator akan menyala di 4.500-5.500 rpm, dan kalau mau kencang bisa pilih skema power yang akan menyala di 8.500 rpm.
Baca Juga: Masih Ingat Honda Astrea Legenda, Motor Bebek Murah pada Zamannya
Suzuki Satria F 150 (2013 - 2015)
Enam tahun beredar, akhirnya Suzuki kembali melakukan facelift buat motor bebek andalannya di tahun 2013.
Kali ini batok lampunya balik mengecil, disertai bodi belakang yang lebih ramping.
Spek mesin dan fitur-fitur lainnya tetap sama, namun buat versi ini ada tambahan fitur buat varian Black Fire.
Yaitu security alarm, yang jadi opsional penting buat yang ingin tenang saat meninggalkan motor.
Di tahun 2015, varian Suzuki Satria F 150 ini kembali dapat ubahan di sektor mesin.
Yaitu ubahan pada desain knalpot dan serta CDI, demi mengikuti standar emisi.
Suzuki Satria F 150 versi 2015 ini dibuat agar lolos standar emisi Euro-3, yang diwajibkan buat pasar motor Indonesia.
Namun varian ini tidak beredar lama, karena Suzuki sudah menyiapkan Satria F 150 versi injeksi elektronik.
All New Suzuki Satria F 150 FI (2016 - sekarang)
Versi injeksi dari Suzuki Satria F 150 akhirnya diluncurkan di Indonesia, pada awal tahun 2016.
Karena saat itu kompetitornya yaitu Honda Sonic 150R, sudah diluncurkan sejak tahun 2015.
Pakai nama All New Suzuki Satria F 150 FI, banyak teknologi canggih dibenamkan demi melawan kompetitornya.
Misalnya desain bodi baru, lampu depan LED, panel instrumen full digital, sampai USB Charger dan Alarm System buat versi Black Predator.
Mesinnya sendiri karena pakai injeksi elektronik dan pendingin cairan alias radiator, sempat disebut lebih pelan dibanding Satria F 150 karburator.
Padahal saat pengetesan, Satria F injeksi berakselerasi lebih cepat dibanding versi karburator.
Wajar saja, soalnya tenaganya naik jadi 18,3 dk pada 10.000 rpm dan torsi 13,8 Nm pada 8.500 rpm.
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR