MOTOR Plus-online.com - Kasus polisi tembak polisi yang menewaskan Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage.
Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage ditemukan tewas ditembak tiga seniornya dari Densus 88.
Dikutip dari Tribun Jakarta, sebelum tewas tertembak di Rusun Polri Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage atau Bripda IDF ternyata didatangi oleh tiga seniornya.
Hal tersebut disampaikan oleh ayah Bripda Iganatius, Pandi saat menjadi narasumber di Kompas TV pada, Kamis (27/7/2023).
Di luar kasus penembakan yang menewaskan Bripda Ignatius Dwi, ternyata Densus 88 punya motor trail sebagai kendaraan operasional.
Dalam operasi penangkapan atau penyergapan tersangka teroris, Densus 88 sering naik motor trail dengan beragam merek.
Diketahui pasukan Densus 88 naik motor trail Honda CRF150L, Suzuki DR200 dan Kawasaki KLX Series.
Saat ini hanya motor trail CRF150L dan Kawasaki KLX Series yang masih dijual di Indonesia.
Sementara Suzuki DR200 didatangkan secara impor.
Baca Juga: Sedih Baca Pesan Biker Honda CB untuk Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage
Untuk harganya, satu unit Honda CRF150L dibanderol Rp 37.016.000.
Sementara Kawasaki KLX 150 dipasarkan mulai harga Rp 33.100.000.
Semua motor trail yang dipakai Densus 88 berwarna hitam sama seperti seragam yang dipakai dan senjata laras panjang yang dibawa.
Kronologis ditembaknya Bripda Ignatius Dwi
Pandi dengan tegas mengatakan pada Minggu (23/7/2023) pukul 01.40 WIB, Bripda Ignatius didatangi oleh tiga orang seniornya, bukan dua.
Kasus kematian Bripda Ignatius, polisi mengamankan dua orang, yakni Bripda IMS dan Bripka IG.
"Dari tim Densus 88 mereka mengatakan awalnya anak saya didatangi oleh seniornya," ujar Pandi.
"Yang berjumlah tiga orang, saya enggak tahu kenapa jadi dua orang," imbuhnya.
Pandi kemudian membeberkan tujuan tiga senior Bripda Ignatius di Densus 88 tersebut mendatangi kamar anaknya.
Ia menyebut ketiganya diduga menawarkan Bripda Ignatius untuk ikut dalam bisnis senjata api.
Baca Juga: Digerebek Densus 88, Driver Ojol Ini Simpan Bom dan Ikut Jaringan Terorisme Internasional
Namun kala itu karena mengetahui bisnis senjata api tersebut ilegal, Bripda Ignatius kemudian menolaknya.
Diduga kemudian terjadi cekcok yang berujung Bripda Ignatius tewas tertembak.
"Ketiga pelaku ini datangi kamar anak saya," ucap Pandi.
"Yang terjadi disitu mungkin jadi cekcok,"
"Nah akibatnya anak saya jadi korban," imbuhnya.
Pandi menjelaskan akibat ledakan senjata api tersebut, leher anaknya tertembak peluru.
Peluru tersebut lalu menebus ke telinga Bripda Ignatius.
"Tidak lama kemudian si pelaku mengambil senpi di tasnya dan meledak lalu mengenai leher anak saya lalu tembus ke telinga, lalu tembus ke dinding lagi,"
Pandi menegaskan selama ini anaknya tidak pernah bercerita soal bisnis senajata api.
Baca Juga: Video Konvoi Motor Bawa Bendera Ini Bikin Geger, Sampai Densus 88 Turun Tangan
Ia mengaku mengetahui kabar soal bisnis senjata api berdasarkan keterangan Penyidik Densus 88 saat di Jakarta.
Bripda Ignatius kini sudah dimakamkan di kampung halamannya, di Melawi, Kalimantan Barat.
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR