MOTOR Plus-online.com - Tim MOTOR Plus bersama Institut Mekanik Motor Indonesia (iMMi) membongkar dua motor murah Honda BeAT beda generasi.
Yang satu Honda BeAT tahun 2022 yang sudah rangka eSAF (Enhanced Smart Architecture Frame), sementara lainnya tahun 2012 masih pakai rangka underbone.
Secara fisik, terlihat BeAT 2012 menggunakan rangka jenis pipa.
Rangka pipa juga melebar di area dek tengah, sehingga kokoh menopang beban pengendara.
Sementara pada Honda BeAT 2022, rangka eSAF terlihat lebih tirus.
Begitu juga di area dek tengah yang hanya fokus memeluk aki motor, sementara di area pijakan kaki kosong.
Sukamja selaku instruktur dan guru iMMi juga memberi analisa.
"Rangka eSAF ini sebenarnya bagus, tapi kenapa di area las selalu ada karat," buka Sukamja saat ditemui MOTOR Plus-online di iMMi Cileungsi, Jawa Barat, Jumat (25/8/2023).
Baca Juga: Turun Rp 500 Ribuan, Harga Motor Bekas Honda Pakai Rangka eSAF Jatuh Banget
"Kayaknya tingkat kekokohan dan ketebalan eSAF kurang dibandingkan yang lama," sambung Hamja, sapaan akrabnya.
Hamja pun mengetok rangka Honda BeAT baru dan lama.
Hasilnya, terdengar suara rangka eSAF nyaring seperti kopong, beda dari rangka underbone yang lebih padat.
"Sebenarnya rangka eSAF bagus secara desain tapi kenapa masih ada karat," sambungnya.
"Makanya quality control (QC) harus mengecek kembali, apakah harus ditambah anti karat atau dicat ulang dengan tebal," jelas Hamja.
"Pengelasan cukup bagus tapi kenapa enggak ditambah anti karat atau cat yang lebih tebal," tambah dia.
Sedangkan di rangka Honda BeAT 2012 belum eSAF, tampak karat di area las.
"Memang pengelasan BeAT lama masih kalah dari yang eSAF, tapi rangkanya lebih kokoh dan lebih kuat," lanjutnya.
"Karat juga ada di rangka BeAT lama namun masih wajar karena usia pemakaian," sambungnya.
"Sedangkan yang (Honda BeAT) baru belum setahun sudah ada keropos," pungkasnya.
"Dikhawatirkan beberapa tahun kemudian (pada rangka eSAF) ada banyak karat di bawah dek, takutnya patah," lanjutnya.
"Jadi produsen harus mengutamakan keselamatan pengendara," pungkasnya.
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR