MOTOR Plus - online.com Rider tim Gresini Ducati Fabio Di Giannantonio secara mengejutkan berhasil menang di MotoGP Qatar di Sirkuit Losail pada Minggu (19/11) waktu setempat.
Fabio Di Giannantonio jadi sorotan karena sepanjang balapan ia menempel ketat Pecco Bagnaia.
Apalagi Pecco Bagnaia merupakan pembalap tim pabrikan yang jelas diprioritaskan oleh tim Ducati dalam perebutan gelar juara dunia melawan Jorge Martin.
Sepanjang balapan Fabio Di Giannantonio terlihat betul-betul memaksa perebutan posisi pertama melawan Pecco Bagnaia.
Sampai akhirnya di lap 18 ia mendapatkan pesan 'mapping 8' di dashboard motornya.
Tentu banyak pertanyaan seputar mapping 8 di Fabio Di Giannantonio ini.
Banyak yang beranggapan mapping 8 untuk Fabio Di Giannantonio merupakan pesan team order untuk tidak merebut posisi terdepan dari Pecco Bagnaia.
Pada masa lalu kode mapping 8 di Ducati sering diisyaratkan untuk memberikan posisi terhadap pembalap yang lebih berpeluang juara dunia.
Jorge Lorenzo pernah mendapatkan kode ini untuk memberikan jalan pada Andrea Dovizioso.
Tapi pada akhirnya Fabio Di Giannantonio tetap merebut posisi pertama dan berhasil menang balapan.
Setelah finish Fabio Di Giannantonio menjelaskan kalau kode mapping 8 di Gresini Ducati tidak sama dengan tim Ducati lainnya.
"Itu merupakan kode kalau balapan tersisa sekitar 4-5 lap saja," terang Fabio Di Giannantonio.
"Saya tidak bisa melihat papan pitboard berapa lap yang tersisa, karena kami merasa cukup kuat disini," tegasnya.
"Makanya saya berusaha sebisa mungkin menyalip Pecco dan berhasil," senangnya.
Fabio Di Giannantonio juga cukup kaget kalau Pecco Bagnaia bisa berada di posisi terdepan sepanjang balapan.
"Kami tahu ia kesulitan sepanjang akhir pekan makanya saya kaget dia bisa ada di depan," tutupnya.
Saat ini Fabio Di Giannantonio belum punya tim untuk musim 2024.
Posisinya di Gresini Ducati sudah digantikan oleh Marc Marquez.
Selain itu kalau ia ingin pindah ke Repsol Honda posisinya diprediksi bakal ditikung oleh Luca Marini.
Penulis | : | Uje |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR