MOTOR Plus-Online.com - Ramai razia knalpot brong menyasar juga ke pengguna knalpot aftermarket.
Digunakannya knalpot aftermarket biasanya memang untuk meningkatkan performa motor, meskipun tidak signifikan.
Lantaran jika menggunakan knalpot aftermarket dengan tipe standar racing pun sebaiknya juga meningkatkan performa mesin.
Baik itu upgrade CVT atau meningkatkan kubikasi mesin dengan cara bore up, sehingga penggunaan knalpot aftermarket akan lebih terasa.
Kalau memakai knalpot standar bisa enggak sih?
"Tentu saja bisa dong, karena knalpot standar memang sudah sesuai dengan standar pabrik, apalagi kalau cuma upgrade CVT, sehingga tak butuh banget ganti knalpot," ujar Freddy Gautama, Owner Utraspeed Racing di Gading Serpong, Tangerang.
"Karena semuanya kembali pada settingan dari mekanik, maka sebelum bore up harus di tempat yang meyakinkan, sehingga bisa pas settingannya," lanjutnya kepada M+.
"Namun kalau bore up tapi pakai knalpot standar, maka imbasnya itu adalah mesin jadi lebih panas, karena gas tidak terbuang sempurna," Freddy menambahkan.
Maka dari itu Freddy tidak begitu takut kala pelanggan-pelanggannya mengganti knalpot aftermarket dengan kualitas wahid.
Baca Juga: Murah Banget Knalpot Brong Baru di Toko Online Cuma Rp 75 Ribu Pantas Banyak yang Pakai
Lantaran desibel yang dihasilkan dari suara juga tidak tinggi atau masih di bawah ambang batas.
"Yang terpenting itu memang sosialisasinya, jenis knalpot apa saja yang dikategorikan sebagai knalpot brong, bukan sekadar bising saja," Freddy menjelaskan.
"Karena teman-teman saya di industri knalpot, sudah membuat knalpot yang sesuai untuk motor harian," tambahnya.
Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa untuk motor berkubikasi kurang dari 80 cc, maksimal bisingnya 77 dB.
Sedangkan kubikasi 80 cc – 175 cc, maksimal bisingnya 80 dB.
Untuk motor di atas 175 cc, maksimal bisingnya 83 dB. Ketentuan ini mengacu pada ini mengacu standar global ECE (Economic Comission for Europe)-R-41-01.
Baca Juga: Hasil Sitaan Knalpot Brong di Semarang Jadi Berkah Buat Pondok Pesantren, Kok Bisa?
Penulis | : | Didit Abdillah |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR