Ahli Lulusan Jerman Ungkap Pewarna Pertalite dan Pertamax yang Lagi Ramai Soal Pemalsuan, Gampang Dicari?

Galih Setiadi - Jumat, 29 Maret 2024 | 16:05
Pengungkapan kasus Pertamax palsu yang aslinya Pertalite, ahli lulusan Jerman kasih paham tentang pewarna yang dipakai.
Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti
Pengungkapan kasus Pertamax palsu yang aslinya Pertalite, ahli lulusan Jerman kasih paham tentang pewarna yang dipakai.

"Pertalite diberi pewarna hijau dan Pertamax biru. Warna dasar BBM adalah kuning. Jadi, kalau warna biru di Pertamax kurang pekat, maka Pertamax akan berwarna hijau karena kuning (ditambah) biru (sama dengan) hijau. Ada metoda standar untuk mengukurnya, yaitu ASTM D1500," buka Tri Yuswidjajanto Zaenuri saat dihubungi MOTOR Plus-Online.com, Jumat (29/3/2024).

Standar warna ASTM D1500
(Istimewa)
Standar warna ASTM D1500

Menurut pria lulusan Technische Universitat Clausthal, Jerman itu, pewarna BBM enggak bisa sembarangan.

"Pewarna BBM adalah khusus, karena tidak boleh menimbulkan deposit di bagian yang berkontak dengan BBM dan tidak boleh meningkatkanISOCleanlines," tutur pria berkacamata itu.

Tabel Iso Cleanlines. Makin turun angka kodenya semakin sedikit partikel pengotornya
()
Tabel Iso Cleanlines. Makin turun angka kodenya semakin sedikit partikel pengotornya

Kata pria yang juga seorang akademisi tersebut, pewarna yang dipakai untuk bensin yang dijual Pertamina itu tersedia di pasaran.

Dr. Ing Ir. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Pakar Bahan Bakar Institut Teknologi Bandung (ITB).
(Naufal Shafly/GridOto.com)
Dr. Ing Ir. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Pakar Bahan Bakar Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Tersedia di pasaran dan Pertamina menenderkan suplai pewarna tersebut dengan kontrak untuk jangkawaktutertentu," jelas Tri Yus.

Terkait dengan kasus pemalsuan, ia juga menyoroti pihak SPBU yang menjual bensin tersebut.

"Kalau pewarnaan itu sudah dilakukan pihak SPBU dalam jangka panjang dan tidak ada keluhan dari konsumen yang membelinya, berarti pewarna yang digunakan kompatibel dan tidak menimbulkan dampak negatif, selain merugikan konsumen dari selisih harga yang dibayar ketika membeli Pertamax," tukas pakar konversi energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara ITB itu.

Editor : Ahmad Ridho

TERPOPULER