Irto mengatakan, gangguan atau eror tersebut hanya terjadi beberapa saat sehingga proses pembelian Pertalite dan Biosolar segera Kembali normal.
"Kami mohon maaf atas kendala yang sempat terjadi, namun hal tersebut dapat segera teratasi," ujar Irto, Kamis.
Adapun eror terjadi lantaran adanya kendala pada sistem untuk mendata akumulasi pembelian BBM bersubsidi kendaraan roda empat dan lebih.
"Kendala terjadi pada sistem, sehingga agar tetap jalan pelayanannya, kami mengubah sistemnya menjadi manual untuk sementara waktu," ucap Irto dikutip dari Kompas.com.
Pada sistem itu, petugas SPBU akan menginput nopol atau scan QR code yang kemudian tercatat di dalam sistem yang dikelola oleh Telkom.
Jika kuota pembelian BBM sudah mencapai batas maksimum hariannya, maka sistem akan menguncinya secara otomatis.
Tapi, pembatasan tersebut baru berlaku untuk Biosolar, sehingga buat pembeli Pertalite hanya akan dicatat pada sistem.
Untuk kendaraan roda empat, maksimal pembelian solar sebanyak 60 liter per hari, angkutan umum orang atau barang roda empat 80 liter per hari, dan angkutan umum atau barang roda enam maksimal 200 per hari.
Baca Juga: Resmi Kata Pertamina Supaya Beli Pertamax Tak Dapat Pertalite di SPBU Mereka
Pembatasan pembelian solar maksimal harian tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Kepala BPH Migas Republik Indonesia Nomor 04/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2020 tentang Pengendalian Penyaluran Jenis BBM Tertentu.
Oleh karena itu, pihaknya kemudian menggunakan cara manual untuk mencatat pembelian BBM masing-masing kendaraan.
"Paralel sistem diperbaiki dari pihak Telkom, dan di sore hari sudah kembali normal," ungkap Irto.
Lebih lanjut, Irto mengimbau masyarakat tidak khawatir mengingat pelayanan sudah bisa dilakukan seperti biasa di semua SPBU.
"Masyarakat tidak perlu khawatir, pelayanan untuk Pertalite dan Biosolar sudah bisa dilakukan seperti biasa di semua SPBU," imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai Keluhan SPBU Eror untuk Isi Pertalite dan Biosolar, Pertamina Jelaskan Penyebabnya"
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR