MOTOR Plus-online.com - Rencana pemerintah untuk membatasi pembelian bahan bakar minyak (BBM) subsidi semakin nyata.
Simak sejarah Pertalite, BBM subsidi milik Pertamina yang akan dibatasi pemerintah pada 17 Agustus mendatang.
Seperti diketahui, wacana pembatasan BBM subsidi kembali diungkap Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
Menurut Luhut, pembatasan dilakukan agar penyaluran lebih tepat sasaran, serta dapat menghemat anggaran negara.
"Sekarang Pertamina sudah menyiapkan, kita berharap 17 Agustus ini kita sudah bisa mulai, di mana orang yang tidak berhak dapat subsidi itu akan bisa kita kurangi," ujar Luhut dalam unggahan Instagramnya @luhut.pandjaitan, dikutip Rabu (10/7/2024).
Kini Pertalite jadi BBM subsidi yang dijual Pertamina, dan banyak digunakan pengendara motor.
Alasannya karena harganya paling murah dibandingkan jenis bensin lain, yakni Rp 10.000 per liter.
Yang jarang orang tahu, bagaimana sejarah munculnya Pertalite di Indonesia.
Pertalite pertama kali muncul pada tahun 2015, yang juga tahun terakhir BBM Premium.
Kala itu Pertalite bikin geger masyarakat karena harganya lebih mahal dibandingkan Premium.
Premium yang sudah lama menjadi BBM subsidi memang sangat murah.
Namun Premium dengan nilai oktan (RON) 88 tidak cocok lagi dengan motor kekinian yang lebih bagus dengan RON 90.
Pertalite diluncurkan sebagai solusi bagi konsumen yang ingin BBM dengan kualitas di atas Premium, tetapi harganya di bawah Pertamax.
Pertamina pertama kali menjual Pertalite seharga Rp 8.400 per liter.
Tim MOTOR Plus-online juga datang ke peluncuran Pertalite pada 24 Juli 2015 di SPBU 31.1.02.02 Abdul Muis, Jakarta Pusat.
Arti kata Pertalite terungkap saat Tabloid OTOMOTIF mewawancarai (Alm) Ahmad Bambang yang saat itu menjabat Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) periode 2014-2016.
Baca Juga: Kata Ahli Pertamax Green dengan Bioetanol Pengganti Bensin Pertalite, Rendah Emisi Tapi Lebih Boros
Ahmad Bambang yang meninggal 10 Mei 2021 ini dikenal sebagai aktor utama lahirnya Pertalite
Waktu itu almarhum menjelaskan bahwa nama depan Perta adalah varian produk bahan bakar di atas Premium.
"Kelompok gasoline base di atas premium, jadi nama depannya pakai Perta," kata Ahmad Bambang yang setelah itu menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Pertamina (Oktober 2016-Februari 2017).
"Tapi secara spesifikasi dan harga ada di bawah Pertamax," sambungnya.
"Maunya Perta tapi di bawah Pertamax," lanjut mantan Deputi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era Menteri BUMN Rini Soemarno.
"Pilihannya banyak, ada light atau lite, tapi akhirnya kami pilih lite yang artinya ringan," tambahnya.
"Mirip lah seperti download software gratisan atau versi trial, kan namanya lite," jelasnya.
"Jadi kira-kira ini versi ringan atau entry level di produk Perta," pungkas dia.
Saat diluncurkan, Pertalite baru tersedia di 101 SPBU di Kota Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR