MOTOR Plus-online.com - MotoGP diakui sebagai balapan motor tercepat saat ini.
Namun buat banyak pembalap, justru Suzuka 8 Hours dianggap balapan paling berat dan sulit.
Tidak heran banyak pembalap MotoGP, punya cita-cita bisa juara balap endurance atau ketahanan motor ini.
Mulai dari Francesco Bagnaia, sampai terbaru Johann Zarco yang kesampaian balapan bareng Honda.
Johann Zarco berhasil bantu Team HRC with Japan Post, menjuarai Suzuka 8 Hours 2024 kemarin.
Kenapa Suzuka 8 Hours dianggap lebih berat dari MotoGP, dimulai dari adaptasi.
"Beda banget dengan MotoGP, mulai dari motor sampai ban yang dipakai," buka Sylvain Guintoli, komentator TNT Sports.
Sylvain Guintoli ex-pembalap MotoGP, dan juga aktif balapan endurance seperti Suzuka 8 Hours.
Karena basisnya motor superbike jalanan, handling dan mesin motor endurance tidak fokus ke kecepatan.
"Untuk bisa juara, motor harus punya konsumsi bahan bakar yang efisien," kata Sylvain Guintoli.
Baca Juga: Kalah Dimana-mana, Honda CBR Balas Dendam Bisa Juara Suzuka 8 Hours
Balapan MotoGP itu adu cepat selama 45 menit, sedangkan Suzuka 8 Hours sesuai namanya, kuat-kuatan selama 8 jam.
"Tiga pembalap saling tukar posisi perjam, harus bisa manajemen fisik, ban, gap, pitstop, sangatlah berat," jelas Sylvain Guintoli.
Belum lagi, bagi pabrikan seperti Honda, balapan Suzuka 8 Hours dianggap sakral.
"Honda harus juara, karena ini balapan terpeting setelah MotoGP," tukas Sylvain Guintoli.
Ayah 6 anak ini juga cerita, sirkuit Suzuka sejak tahun 2017 makin panas.
"Sangat panas dan lembab, makanya salut dengan Johann Zarco bisa juara," kata Sylvain Guintoli.
Karena tidak dipakai balap MotoGP, Johann Zarco harus mempelajari sirkuit Suzuka dari 0.
Untungnya Johann Zarco ditemani Takumi Takahashi dan Teppei Nagoe, yang pengalamannya segudang di Suzuka.
CBR1000RR-R SP juga selalu juara dari tahun 2022, dan berhasil kasih kemenangan ke-30 buat Honda.
Pembalap MotoGP lain yang pernah juara Suzuka 8 Hours, adalah Pol Espargaro, Iker Lecuona sampai Valentino Rossi.
Source | : | TNT Sports |
Penulis | : | Reyhan Firdaus |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR