Beli Pertalite dan Solar Segera Dibatasi Pemerintah, Tanda-tanda Harga BBM Naik?

Ahmad Ridho - Rabu, 4 September 2024 | 10:00 WIB
MOTOR Plus/ A. Ridho
Pembatasan Pertalite dan Solar dinilai Ekonom senior Faisal Basri akan berimbas pada rencana kenaikkan BBM subsidi.

MOTOR Plus-online.com - Pemerintah melalui Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengaku pembatasan BBM mulai 1 Oktober 2024.

Beli Pertalite dan Solar segera dibatasi pemerintah, apakah ini tanda-tanda harga BBM naik?

Sebelumnya dikabarkan pembatasan bensin subsidi ini diterapkan mulai 1 September walaupun akhirnya batal.

Nantinya pembatasan pembelian Pertalite dan Solar akan berlaku untuk kendaraan roda empat.

Transaksi pembelian dua jenis bensin di atas akan menggunakan QR Code.

Disinyalir pembatasan pembelian BBM subsidi berimbas pada kenaikan harga nantinya.

Hal ini disampaikan langsung Ekonom senior, Faisal Basri.

Dikutip dari KompasTV, Faisal Basri menilai rencana pemerintah membatasi pembelian BBM bersubsidi tahun ini sebagai sinyal kenaikan harga.

Ia mengatakan, pemerintah sudah tidak bisa menanggung beban subsidi energi, sehingga pembeliannya dibatasi dan pada akhirnya harga harus dinaikkan.

Baca Juga: Pembatasan Pertalite Untuk Mobil Segera Berlaku, Motor Segera Menyusul?

 Baca Juga: 4 Juta Pelat Nomor Kendaraan Terverifikasi, Tanpa QR Code Beli Pertalite Ditolak

Saat ini, terjadi pelemahan nilai tukar rupiah dan fluktuasi harga minyak yang membuat anggaran subsidi BBM membengkak.

"Artinya, sinyal kemungkinan besar pemerintah akan menaikkan harga BBM yang selama ini disubsidi yaitu pertalite dan solar," kata Faisal kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, belum lama ini.

Ia menerangkan, saat ini harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) memang masih berada dalam perhitungan pemerintah, yakni 82 dolar AS per barrel.

Tapi jika harganya kembali naik, maka kenaikan harga BBM juga sangat mungkin terjadi.

"Kan sudah mulai, pemerintah enggak mampu lagi menahan subsidi tidak lagi dinaikkan. Ini naik terus, misalnya sekarang sih harga minyak anteng di 80 dolar AS per barel, kalau naik lagi ke 90 dolar AS per barel artinya subsidinya naik," ujarnya.

Naiknya harga ICP, lanjutnya, juga membuat dana kompensasi yang dibayarkan pemerintah ke Pertamina juga membengkak. Lantaran Pertamina harus menjual Pertalite dan Solar di bawah harga pasar.

Sebelumnya, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan pemerintah akan mulai membatasi pembelian BBM bersubsidi pada 17 Agustus 2024.

Hal itu dilakukan untuk menekan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini yang diproyeksi meningkat.

"Pemberian subsidi yang tidak tepat (sasaran), itu sekarang Pertamina sudah menyiapkan. Kita berharap 17 Agustus ini kita sudah bisa mulai, di mana orang yang tidak berhak dapat subsidi itu akan bisa kita kurangin. Kita hitung di situ," kata Luhut dalam video yang diunggah di akun Instagramnya, Selasa (9/7/2024).

Baca Juga: Daftar Motor yang Tidak Bisa Isi Pertalite Keluar Kapan Berlaku Ini Penjelasan Pertamina

Selain membatasi BBM subsidi, pemerintah juga sedang berencana untuk mendorong alternatif pengganti bensin melalui bioetanol.

Selain mampu mengurangi kadar polusi udara, tingkat sulfur yang dimiliki bahan bakar alternatif ini juga tergolong rendah.

"Jika kita mampu melakukan ini, jumlah penderita ISPA bisa kita tekan dan pembayaran BPJS untuk penyakit tersebut bisa kita hemat sampai Rp 38 triliun," ujarnya.

Terkait hal tersebut, Pertamina menyatakan pihaknya hanya sebagai operator penyalur BBM bersubsidi. Yaitu Pertalite dan Solar.

Penetapan harga dan mekanisme penjualan 2 jenis BBM itu juga sepenuhnya ada di pemerintah.

VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, Pertamina juga menjual BBm jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Dexlite yang dijual mengikuti pergerakan harga pasar karena bukan BBM bersubsidi.

"BBM subsidi merupakan kewenangan pemerintah dan Pertamina sebagai operator menjalankan arahan pemerintah," ucap Fadjar dikutip dari Kompas.tv.

Penulis : Ahmad Ridho
Editor : Ahmad Ridho


KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular