“Kapan itu ditawar orang dari Tambaksari. Ditukar Yamaha Mio plus saya dikasih duit Rp 4 juta. Tapi saya tolak…” ujar Hardjito yang mengaku tidak tahu menahu soal pasaran GL100 sekarang.
“Yang jelas motor ini tidak saya jual karena pemberian mantan bos saya yang sekarang sudah almarhum,” tutur Hardjito.
Gaya Eighties
Dari pengamatan Ahong yang aktif di berbagai kegiatan komunitas custom di Surabaya, gaya classic Japanese bikes era 1980-an jadi pemicu naiknya peminat GL100.
“Kalau sebelumnya, orang suka gaya seventies dengan ciri tampilan serba bulat, kini agaknya mulai melirik juga gaya eighties yang serba kotak,” info Ahong.
“Kondisi dibiarkan tampil standar. Tangki, knalpot, spido, cakram rem semua orsi. Cuma ban dibesarkan.“
Karena itulah komponen eksterior GL100 juga ikut dicari.
“Terutama knalpot, tangki, cakram, spido mulai dicari. Kalau lampu depannya yang model kotak, belum terlalu disukai. Kebanyakan diganti model bulat.”
(www.motorplus-online.com)
Source | : | MOTOR Plus |
Penulis | : | Indramawan |
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR