MOTOR Plus-online.com - Baik ECU ataupun piggyback menjadi salah satu part penting di motor injeksi.
Part ini berfungsi untuk mengatur timing pengapian dan juga semprotan bahan bakar ke mesin.
Perlu tahu, kalau ECU stand alone itu bertugas mengganti kerja ECU standar di motor.
Jadi ECU standar di motor dicabut dan diganti ECU aftermarket yang programnya bisa diubah full.
Sedangkan piggyback itu berfungsi untuk memanipulasi ECU standar bawaan motor.
ECU standar bawaan motor umumnya dikunci, nah piggyback ini dipasangkan agar ECU standar bisa dimainkan programnya.
(BACA JUGA : Ternyata Ban Motor Superbike Biang Keladi Bisa Pecundangi Motor MotoGP, Ini Alasannya..)
Di motor dengan mesin yang sudah dioprek biasanya dilakukan setting ulang pada ECU ataupun Piggyback.
Nah uniknya, setting selalu dilakukan di atas mesin dyno test, kenapa?
"Seting piggyback enggak boleh sembarangan harus pakai dyno test," kata Koko Adyaksa, manager Sportisi Motor Sport, Rawamangun, Jakarta Selatan, saat ditemui GridOto.com, beberapa waktu lalu.
Kalau tidak, setingannya kurang tepat, maka motor bukannya bertambah performanya, malah menurun jauh.
"Proses setingnya ini dinamakan mapping, kalau di motor karburator dulu mirip jetting," ucap Koko.
(BACA JUGA: Andrea Iannone Pecundangi Juara Dunia Superbike, Jonathan Rea Saat Tes Motor MotoGP di Jerez)
"Cara melakukan seting dengan dyno test, ditahan kecepatan roda atau putaran mesin pada titik tertentu, selanjutnya mengisi kolom-kolom mapping sesuai Air Fuel Ratio (AFR), sampai pas," terangnya.
Untuk menyelesaikan satu setingan, sang tuner harus memasukan data tiap putaran mesin dari 250 rpm sampai kelipatannya, dalam 9 tahap bukaan gas.
Dari 2%, 5%, 10% hingga full throttle atau 100%.
"Jadi seting piggyback harus pakai dyno test, kalau pernah lihat ada orang seting pakai laptop di paddock, itu hanya mengatur sedikit kekurangan atau kelebihan," pungkasnya.
Penulis | : | Mohammad Nurul Hidayah |
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR