Dalam kesempatan itu, ketiganya pun secara khusus menunjukkan cara kerja produk yang dihasilkan dari riset sejak Januari 2018 silam yang kemudian pula diikutkan dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Tahun 2018 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI.
Kepada Tribunjateng.com, Kamis (24/5/2018), Ari, Ketua Tim, menunjukan perbedaan antara kertas karton coklat yang telah disemprotkan cairan silika dengan yang polosan (tidak dilandasi cairan).
Pada bagian dasar kedua kertas tersebut kemudian diberi tetesan air beberapa kali.
Hasilnya, seperti pada umumnya kertas lainnya, karton tanpa diberi silika tanpa menunggu waktu lama akan meresap ke dalam serat kertas tersebut.
(BACA JUGA: Awas.. Masalah Sepele Ini Sering Bikin Lampu Rem Ogah Hidup)
Tetapi, cukup mengejutkan, karton yang telah diberi silika, tetesan air langsung tumpah dan tak terlihat ada yang meresap.
Tidak sekadar pada media kertas. Dia juga menggambarkan kinerja cairan silika pada potongan bambu dan kaca. Secara umum, hasilnya sama.
Cairan silika itu bernama Sufoting; Advanced Protection.
Mahasiswa semester 6 Teknik Kimia Undip asal Serang Provinsi Banten tersebut mengutarakan, dasar awal mereka melakukan riset karena prihatin ketika kerapkali melihat material batang besi atau yang produk berbahan dasar besi mudah mengalami korosi atau berkarat.
“Termasuk juga batang-batang bambu. Ketika terkena air hujan pun mudah membusuk, menjamur. Dari situ kami mencari gagasan untuk mengurangi risiko terhadap material (barang) yang selama ini tidak terlalu tahan lama ketika terkena air,” jelasnya.
Peroleh dukungan serta pengetahuan tentang bahan silika dari Silviana, ketiganya pun termotivasi untuk menciptakan suatu produk inovatif.
Saat berkunjung ke Pabrik Geothermal Dieng, mereka terkaget, cukup banyak limbah silika di sana.
“Limbah berbentuk gumpalan yang ditampung di sebuah bak sedalam sekitar 8 meter luasannya seperti lapangan tenis itu, sama sekali tidak dimanfaatkan. Berdasarkan data, setidaknya ada 10 ton limbah silika yang dihasilkan per hari,” tuturnya.
Secara teknis, lanjut Adelia, anggota tim, mahasiswi asal Pekalongan itu, menyampaikan sangat mudah dalam penggunaannya.
Pasir silika yang telah telah melalui uji laboratorium sehingga akhirnya menghasilkan berbentuk cairan itu, cukup disemprotkan pada media baik besi, bambu, maupun kaca.
“Seusai cairan itu disemprotkan. Tunggu sekitar lima menit agar cairan tersebut mengering. Dalam menyemprotkan cairan diupayakan dalam jarak sekitar 15 sentimeter agar penyebarannya merata,” tandasnya.
Dia melanjutkan, setelah dirasa cairan tersebut kering, pengguna sudah dapat secara langsung merasakan hasilnya.
Cara mudahnya yakni melihat reaksi material baik itu besi, bambu, maupun kaca ketika disiram air.
Direncanakan, pula produk tersebut bakal dikembangkan agar bisa diterapkan pada sepatu, jaket, maupun pakaian.
Dimana kerap itu jadi suatu problem yang dihadapi seseorang ketika musim penghujan.
“Kami lakukan riset lanjutan. Kemungkinan pada Juli 2018 hasilnya sudah bisa terlihat. Mohon doa restunya. Sembari sedang cari investor agar bisa diproduksi secara massal. Tetapi saat ini sedang kami sempurnakan dahulu,” tutupnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Inovatif! Mahasiswa Undip Sulap Limbah Silika Geothermal Dieng Jadi Cairan Antikarat
KOMENTAR