(BACA JUGA: Apa Bedanya Busi Panas dan Dingin? Efek ke Mesinnya Apa?)
Cocok buat motor kompresi tinggi, kayak dibore up. Atau, motor yang biasa dipakai jalan jauh seperti turing dan suka main rpm tinggi.
Sayangnya, keuntungan ini bisa jadi bumerang jika pemakaian motor tak sesuai sifat platinum.
Misalnya, motor dengan kompresi rendah, atau motor yang pemakaiannya di dalam kota saja.
Pokoknya tak cocok untuk motor pemakaiannya standar.
Karena platinum yang lebih tahan panas dari nikel, busi platinum masuk kategori busi dingin.
(BACA JUGA: Simak... Langsung Cek Komponen Ini, Kalau Busi Sering Mati)
Artinya, dipakai di mesin berkarakter panas, rpm tinggi, kompresi pun tinggi.
Dari semua kondisi itu busi platinum mestinya bisa mendongkrak power motor.
Sebab hantaran pengapian dari koil membaik. Lentikan apinya pun lebih sempurna. Akhirnya, pembakaran bensin di ruang bakar lebih sempurna.
Tapi, jika kondisi mesin yang disyaratkan demi pake busi platinum tak terpenuhi, hasilnya bisa sebaliknya.
(BACA JUGA: Hasil Tes Celah Busi, Tebak Lebih Bagus Rapat Atau Renggang?)
Misal, Mesin kompresi rendah, muntir gas di rpm rendah, malah bikin ujung elektroda diselimuti kerak sisa pembakaran.
Makanya mesin bisa panas, tenaga loyo, atau sampai mati.
Jika elektroda busi platinum sudah berkerak, problem kian besar jika salah merawat.
Padahal, usia busi platinum bisa sampe 30.000 kilometer.
Sebab, ujung elektroda platinum haram disikat kawat atau diampelas.
Platinumnya bisa hilang dan busi mati sama sekali. Cukup dicuci atau disemprot cairan pembersih mesin atau karburator, lalu ujungnya diusap kain bersih.
Nah, kalau sudah begini, harusnya tidak ada lagi yang bilang busi platinum lebih jelek dari busi nikel.
KOMENTAR