MOTOR Plus-online.com - Sering kita temukan, penggunaan suspensi tunggal atau monoshock di motor sport.
Namun kalau dilihat sejarahnya, rupanya penggunaan monoshock bukan untuk motor sport sob.
Namun untuk motor trail, karena suspensi monoshock lebih baik untuk kebutuhan balap garuk tanah.
Motor trail pertama mana, yang pakai suspensi monoshock, serta apa keuntungannya? Yuk kita simak sejarahnya!
Baca Juga : Video Cara Merawat Rem Depan Yamaha NMAX, Bisa Dikerjakan Sendiri Nih!
Motor pertama yang memakai suspensi monoshock, adalah CZ 380, motor trail dari Cekoslowakia tahun 1968.
Didesain oleh Lucien Tilkens, sistem monoshock ini menggunakan suspensi gas, dari mobil Citroen.
Konsep Tilkens, suspensi monoshock mengubah titik tekanan suspensi / load, ke segitiga depan / steering head.
Berbeda dengan dual shock, yang titik tekan suspensinya ke subframe belakang.
Dikutip dari situr Yamaha, Tilkens meyakini konsep ini menghasilkan titik tekan suspensi lebih ke tengah motor.
Ini dianggap lebih stabil, saat suspensi bermain di titik ekstrem, semisal mentok / bottoming.
Lalu, suspensi monoshock punya travel / jarak main suspensi yang lebih panjang, cocok untuk kebutuhan motocross.
Baca Juga : Ada Apa Nih? Kok Crosser Asing Berikan Pujian Untuk Gelaran Motocross Di Indonesia
Karena dianggap menarik, Tilkens menawarkan konsep monoshock ke beberapa pabrikan, yang berkompetisi di motocross.
Pabrikan pertama yang membeli hak paten itu, adalah Yamaha, yang mengaplikasikan monoshock di motor YZM250, tahun 1973.
Dinamakan Monocross, performa YZM250 sangat impresif, mengantarkan Hakan Andersson menjuarai Motocross World Champion kelas 250 cc, di tahun 1973.
Yamaha terus menyempurnakan sistem monoshock Tilkens, semisal lokasi titik tekan sekarang di tengah rangka, tidak lagi segitiga depan.
Lalu suspensi monoshock juga tidak lagi menancap di swingarm, melainkan di link, agar travel bisa semakin panjang.
Kelebihan adanya link lain, membuat efek main suspensi ditekan, karena momentumnya diredam oleh join / penghubung, otomatis lebih stabil.
Pengembangan ini membuat performa motor trail Yamaha semakin baik, bahkan mengejutkan pembalapnya seperti Pierre Karsmakers.
"Selama 9 bulan, kami meriset suspeni Monocross dengan hasil positif, sampai-sampai membuat masalah baru," ungkap Pierre, pembalap motocross dari Belanda.
"Masalahnya, suspensi belakangnya semakin baik, tidak diikuti perkembangan di suspensi depan," jelas Pierre, dikutip dari situs museum Yamaha.
Yup, perkembangan suspensi depan motor, memang tidak secepat monoshock, seperti masih menggunakan teleskopik.
Melihat kinerja suspensi Monocross lebih baik dibanding dual shock, Yamaha juga menerapkan di motor untuk balapan aspal.
Penggunaan Monocross di motor balap aspal, diyakini Yamaha mampu memperbaiki masalah handling dari dual shock.
Semisal karena titik tekan-nya tidak lagi di subframe, membuat rangka belakang bisa dibuat lebih kompak, dan mengurangi bobot.
Baca Juga : Biar Harganya Tinggi, Kenapa Sokbreker Ohlins Diburu Pengguna Yamaha NMAX?
Lalu karena hanya ada 1 suspensi, membuat mekanik lebih mudah menyetelnya, dibanding dual shock yang harus menyamakan kiri-kanan.
Performa Monocross, dibuktikan Yamaha di YZR350 tahun 1973, yang mengantarkan Giacomo Agostini menjuarai MotoGP tahun 1974.
Itulah sejarah munculnya Monoshock, dan kenapa aplikasi pertamanya, bukan di motor sport apalagi skutik, melainkan motor trail.
Source | : | Yamaha Global,MX Works Bike |
Penulis | : | Reyhan Firdaus |
Editor | : | Reyhan Firdaus |
KOMENTAR