Seperti kejadian di Pantura ketika musim mudik, beberapa Suzuki Satria F150 pistonnya bolong.
Itu lantaran diisi bensin Premium atau Pertalite digeber di jalanan Pantura yang panjang, lama-lama piston bolong.
Bisa bolong karena ketika seher sedang kompresi tiba-tiba gas bakar meledak duluan sebelum api busi meletik.
Baca Juga : Banyak Yang Belum Tahu, Inilah 3 Motor Andalan Kesatria Baja Hitam
Bensin oktan rendah atau bensin murah tidak tahan kompresi tinggi karena mudah terbakar.
Padahal secara awam justru kita menganggap sebaliknya. Bahan bakar bagus identik mudah terbakar.
Ini berbeda dengan secara teoritis, maksudnya bahan bakar oktan tinggi rada tahan dibakar.
Tomy kasih penjelasan rinci, bahan bakar oktan tinggi perlu waktu pembakaran yang lama.
Makanya timing pengapian lebih maju, dari proses penyalaan busi sampai terjadi ledakan perlu waktu lama.
Ambil contoh sederhana dan hanya misal, seandainya motor kompresi tinggi dengan bensin oktan 98. Timing pengapian misalnya dibikin 40 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas).
Nah, jika bahan bakarnya ganti dengan Premium dengan oktan hanya 90, timing pengapian harus lebih dekat TMA. Diseting lebih mundur, misalnya 35 derajat sebelum TMA atau top.
Jika penggantian bahan bakar dari Pertamax Turbo ke Pertamax tidak seting pengapian, gejalanya bisa detonasi atau knocking.
Ini sangat bahaya, masalah paling ringan hanya ngelitik.
Bisa-bisa malah piston pecah atau rompal.
Logikanya begini, pakai Premium oktanya rendah, karakternya mudah terbakar.
Jika timing pengapian lebih maju seperti di atas misalnya masih 40 derajat, bisa terjadi pre-ignition atau pembakaran awal.
Piston sedang naik sudah terjadi ledakan. Bisa-bisa piston jebol.
Perlu diketahui juga, pemilihan bahan bakar ada hubungan dengan rasio kompresi.
Makin tinggi oktan dalam bahan bakar, akan lebih tahan digebuk kompresi.
Seandianya kejadian rasio kompresi gede dipaksa menggunakan bensin oktan rendah akan timbul ngelitik atau knocking. Atau biasa dibilang ngeretek.
Jika mengalami kejadian ngelitik di mesin ada dua tindakan yang bisa dipilih.
Menurunkan rasio kompresi atau memundurkan timing pengapian.
“Dengan kemajuan ECU yang sudah programable, paling gampang seting pengapian,” jelas Tomy Huang, bos BRT-Bintang Racing Team.
KOMENTAR