MOTOR Plus-Online.com- Judul di atas bukan mengada-ada.
Ini dialami sendiri kru EM-Plus di Suzuki Satria 120R miliknya.
“Waktu itu pakai busi iridium Denso IW22.
Baru jalan 20 km, tiba-tiba mesin mati.
Baca Juga : Kabar Gembira, Ada Cara Baru Tambal Ban Tubeless, Udah Gak Zaman Main Tusuk
Baca Juga : Video Oknum Polisi Bikin Geger Cikarang, Gak Paham AHO Tilang Pemotor Karena Kehabisan Alasan
Padahal putaran mesin gak pernah tinggi.
Dan waktu dicek, api busi tidak keluar api lagi,” tutur Maleha.
Sejatinya, Satria 120R menurut anjuran pabrik, busi standarnya kalau pakai merek NGK adalah BP8ES.
Sedang kalo merek Denso, tipenya W24ES-U.
Baca Juga : Heboh Oknum Polisi Tangkap Pemotor di Cikarang Gara-gara Lampu Depan, Korban Lain Ikut Komentar
Nah, jika mau pakai jenis iridium, semestinya untuk brand NGK pakai yang berkode BPR8EIX, dan Denso pakai IW24.
Kurang dari angka 8 (pada NGK) dan 24 (pada Denso), tandanya spek busi lebih panas.
“Sebaliknya bila angka businya lebih besar, artinya spek busi makin dingin dan lebih cocok untuk mesin yang sudah tune up atau racing,” timpal Puguh Nuryanto, tunner Overtune Racing di Cimanggis, Depok.
Dengan kata lain, busi yang dipakai Maleha adalah busi iridium dengan spek lebih panas dari standarya.
Baca Juga : Beneran Gak Sih Kalau Busi Iridium Bisa Bikin Bensin Jadi Makin Irit?
“Seharusnya seektrem-ekstremnya, tidak akan seperti itu.
Ada kemungkinan itu akibat busi mengalamai overheat sehigga insulator di dalam busi mengalami crack,” analisa Doddy Herdianto,Marketing Manager PT Denso Sales Indonesia.
Masih kata Doddy, pada busi standar, pembakaran idealnya itu terjadi ketika suhu ruang bakar sudah mencapai 450° C sampai 900° C.
Nah, jika pakai busi dengan spek lebih panas, maka performa mesin akan lebih cepat optimal, karena sebelum mencapai 450° C, sudah terjadi pembakaran yang ideal.
Baca Juga : Rossi HUT ke-40, Musuh Bebuyutan Aja Ngucapin, Kok Pembalap Ini Nggak?
“Namun dalam pemakaian yang lama atau suhu pembakaran mulai melebih batas idealnya, dikhawatirkan percikan api businya akan bias karena busi mengalami overheat.
Campuran gas bukan terbakar dari percikan busi, melainkan karena panas pada logam yang ada di ujung busi.
Imbasnya, pembakaran jadi tidak optimal dan akan membuat performa mesin menurun,” jelasnya.
Sebaliknya jika pakai busi yang lebih dingin, lanjut Doddy, performa mesin akan lebih lama mencapai tingkat optimalnya. “Karena pembakaran idealnya baru terjadi di atas 450° C,” tukasnya.
Artikel ini sudah dimuat di Tabloid MOTOR Plus edisi 872 th 2015
Source | : | MOTOR Plus |
Penulis | : | Motorplus |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR