MOTOR Plus-Online.com- Diaz Rizaldi sebelumnya tidak tahu menahu soal Suzuki Stinger, yang kebetulan populasinya memang sedikit di Tanah Air.
“Saya cuma pernah lihat di internet (Pinterest), foto motor cafe racer yang keren banget karya builder Amerika, Kent Riches dari Air-Tech Streamlining.
Waktu itu saya tidak pernah tahu, ini motor apa?
Kok namanya keren, Stinger yang artinya penyengat?
Baca Juga : Pakai Tangki Model Begini, Motor Yamaha NMAX Jadi Anti ke Pom Bensin
Baca Juga : Cairan Ajaib! Modal Rp 2 Ribuan Bikin Blok Mesin Kusam Seperti Baru
Mesinnya juga twin cylinder, 2-stroke yang saya sangat suka suaranya,” buka Diaz, yang kemudian menyimpan foto itu di komputernya.
Sampai akhirnya, sekitar 2 tahun lalu, teman Diaz cerita ada Suzuki Stinger T125 1974 kondisi jalan dan masih orisinal.
“Kebetulan dia punya hutang sama saya,dan menawarkan motor itu untuk melunasinya.
Itu pun dia minta duit lagi sebagai tambahan,” lanjut Diaz yang langsung kepincut saat melihat motor yang selama ini dia impikan.
Baca Juga : Kawasan Klender Geger, Video Penangkapan Begal Motor di Flyover, Sirine Polisi Gak Dihiraukan
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Diaz yang punya custom workshop di Jl. Raya Tenggilis Mejoyo G No. 1, Surabaya, Jawa Timur ini langsung buka-buka file lama di komputernya, untuk
mencari foto Suzuki Stinger AirTech yang disimpannya.
Proses modifikasi langsung berlanjut.
“Desain modifikasi dibikin sesuai foto yang saya simpan. Konsep dan bahkan warna bodi dan rangkanya pun sama.
Yang beda hanya pelek, karena saya lebih suka gaya racing DID Retro yang lebih langka.
Baca Juga : Hasil Tes Celah Busi, Tebak Lebih Bagus Rapat Atau Renggang?
Dan motor ini nantinya akan saya gantung di rumah untuk hiasan dinding ruang tamu saya,” senyum Diaz yang juga dikenal di kalangan penggemar mobil hotrod.
Sadar kalau Suzuki Stinger T125 ini termasuk langka, Diaz pun ogah mengubah bagianbagian motor, termasuk mesin.
Semuanya dibiarkan standar.
“Hanya saja, tangki bawaan saya panjangkan ke belakang sekitar 8 cm,” tunjuk Diaz.
Alhasil, jok pun kudu diubah jadi single seater, bersanding dengan buritan buntut tawon handmade.
Ciri classic café racer, makin kuat setelah fairing handmade dari bahan fiberglass dipasang.
“Semua ubahan ini tanpa mengubah terlalu banyak rangka.
Sekadar membuatkan dudukan-dudukan baru saja untuk kustom bodywork- nya,” tutup Diaz.
Artikel ini sudah dimuat di Tabloid MOTOR Plus edisi 987 th 2018
Source | : | MOTOR Plus |
Penulis | : | Motorplus |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR