Biar gak keder, lihat gambarnya di samping.
Ongkos ngebubutnya sekitar Rp 35 - 50 ribuan.
Oh iya, jika ingin hasil performa yang lumayan, pemakaian piston ini bisa dibarengi dengan porting polishing saluran masuk plus buang. Lalu knalpot pakai jenis free flow.
Trus, untuk dapat akselerasi cepat di putaran bawah, roller diganti
pakai 9 gram rata.
Per CVT-nya yang spek 1.500 rpm.
Akan lebih bagus lagi bila suplai bahan bakar disesuiakan dengan aplikasi modul injeksi macam piggyback atau ECU stand alone.
Tapi, kali ini tidak menggunakan modul injeksi dimaksud.
Karena pengen tau dulu seberapa besar peningkatan performa mesin tanpa diadjust debit fuelnya.
Soalnya kem masih pakai bawaan motor alias standar.
Yuk, langsung saja kita lihat hasil dynonya di atas mesin Dynojet 250i buatan Amerika milik Bintang Racing Team (BRT) di Cibinong, Jawa Barat.
Dalam kondisi standar, power maksimum Scoopy injeksi yang terukur di roda belakang hanya sekitar 7,05 hp di 6.750 rpm.
Torsi puncaknya 5,59 lb.ft (7,58 Nm)/6.450 rpm.
Nah, ketika racikan tadi diterapkan, peak power langsung merangkak naik jadi 7,98 hp/7.150 rpm atau naik sebanyak 13,2%.
Sementara torsi melonjak jadi 5,92 lb.ft (8,03 Nm) atau terkoreksi sebanyak 5,9%.
“Tapi air fuel ratio (AFR) yang terbaca agak kering, di atas 14 : 1.
Kalau dibikin 13 : 1 (lewat pemakaian ECU stand alone), pasti lebih tinggi lagi hasilnya,” analisa Baron, mekanik BRT yang bertindak selaku operator dyno.
Lumayan kan?
KOMENTAR