Terungkap, Alasan Yamaha Jeblok Dari Honda dan Ducati di MotoGP, Gara-gara 3 Orang Italia

Joni Lono Mulia - Kamis, 10 Oktober 2019 | 13:00 WIB
Repsol Media
Andrea Zugna (kiri bawah) insinyur Italia yang mengantarkan Yamaha sukses di 2004-2009 kemudian pindah ke Honda di 2010 hingga saat ini.


MOTOR Plus-online.com - Fanatikan MotoGP pasti dibuat bingung kenapa Yamaha beberapa tahun ini keok dari Honda dan Ducati bahkan juga dari Suzuki di beberapa musim terakhir.

Ternyata performa buruk Yamaha di MotoGP beberapa tahun belakangan akibat dari blunder Yamaha sendiri.

Tepatnya di jelang MotoGP musim 2010 di era masih MotoGP 800 cc.  

Yamaha saat itu memiliki insinyur di balik sukses Yamaha, insinyur ini berasal dari Italia.

Mereka adalah Andrea Zugna, Cristian Battaglia dan Carlo Luzzi.

Baca Juga: Apa-apan Nih! Valentino Rossi Ngebut Naik Mobil Balap di Misano, Gantung Helm Nih?

Baca Juga: Mantap! Pembalap Indonesia Galang Hendra dan M Faerozi Gabung Setim di WSSP300 Qatar

Saat itu belum banyak tim pabrikan yang memilih menggunakan ECU Magneti Marelli selain Ducati.

Nah, Yamaha menjadi pabrikan Jepang pertama yang fokus untuk mengorek sistem ECU Magneti Marelli.

Hingga akhirnya, Yamaha yang sempat kedodoran di era MotoGP 4-Tak 800 cc dikenalkan langsung membalas di 2008 dan 2009.

Disebut-sebut pihak Yamaha Motor Corp. (YMC) Jepang tidak menemui kata sepakat soal kontrak lanjutan dengan Andrea Zugna, Cristian Battaglia dan Carlo Luzzi.

Tiga insinyur Italia pun didepak, bahkan ada kabar didepaknya trio Italia itu karena YMC merasa sudah tahu seluk beluk ECU sehingga tak memerlukan lagi jasa mereka.

Baca Juga: Valentino Rossi Ogah Pensiun di MotoGP 2021, Maverick Vinales Bakal Merapat ke Ducati?

Repsol Media
Carlo Luzzi (tengah) diapit crew chief Marc Marquez, Santiago Hernandez (kiri) dan manajer teknik HRC, Takeol Yokoyamana (kanan). Carlo Luzzi menemani debut Jorge Lorenzo di Yamaha (2008-2009).

Ternyata didepak atau tidak diperpanjang trio insinyur Italia itu langsung direspons Honda Racing Corp. (HRC) yang mulai mengubah paradigma untuk mau menggunakan ECU Magneti Marelli.

Selama ini, HRC selalu menggunakan ECU dari internal yang dikembang oleh divisi F1.

Alasan berpindah ECU ke Magneti Marelli karena motor honda dikeluhkan banyak pembalapnya sulit dikendalikan.

Hingga kehadiran 3 insinyur Italia meski tidak secara instan memberikan perubahan berarti.

Sebut saja, Andrea Zugna yang menjadi otak pengembangan mesin Yamaha M1 seperti usulan Valentino Rossi dengan metode cross-plane crankshaft di mesin inline 4 yang membuat Yamaha M1 perkasa sejak 2004 hingga 2015.

Baca Juga: Jangan Lewatkan, Tiga Pembalap Indonesia Akan Berlaga di CEV Moto2 dan Moto3 Akhir Pekan Ini

Ducati Motor Holdping SpA
Cristian Battaglia (kanan) bersama Andrea Zugna membuat Yamaha bangkit di era mesin 800 cc, kini menjadi electronic engineer Danilo Petrucci di Ducati Team

Kemudian Cristian Battaglia dan Carlo Luzzi meriset dan mengutak-atik sektor elektronik.

Hingga kemudian saat diterapkannya aturan ECU unified di 2016 dan kemudian mulai ketemu settingannya saat jadi juara di MotoGP Argentina 2016.

Kemudian di 2017 atas kontribusi Andrea Zugna, karakter mesin RC213V yang mengadopsi konfigurasi 'screamer' diganti menjadi 'big bang.'

Hasilnya, Marc Marquez berhasil menjadi juara dunia sejak itu hingga 2019.

Otak sukses Marc Marquez tak lepas dari peran insinyur elektronik Carlo Luzzi yang menemaninya sejak melakoni debut MotoGP di 2013.

Baca Juga: Gak Nyangka, Marc Marquez Punya Rasa Takut Juga, Gak Mau Ikut Balapan Ini


Carlo Luzzi adalah electronic engineer Jorge Lorenzo di 2008-2009.

Carlo Luzzi inilah jadi sosok yang membuat Jorge Lorenzo tampil apik di fase rookie di MotoGP 2008 silam.

Nah para insinyur Italia yang membawa sukses Yamaha di 2004-2012 itu kemudian membantu Honda jadi seperti sekarang ini.

Sebaliknya, Yamaha yang membuang otak sukses malah kedodoran dan kelimpungan mencari solusi memperbaiki performa.

Baca Juga: Cuma Finis Ke-8, Valentino Rossi Curhat Begini Tentang Motornya di MotoGP Thailand 2019

Fatalnya lagi, saat diberlakukan aturan ECU seragam, performa Yamaha malah lebih drop dan terbukti sejak 2016 hingga 2019 tak pernah lagi bisa bersaing di papan atas.

Mungkin bila saja Yamaha tak mendepak insinyur asal Italia sehingga tidak direkrut HRC.

Bisa saja problem Yamaha beberapa musim ini yang dikeluhkan Valentino Rossi dan Maverick Vinales yang melulu komplain soal ECU tak perlu terjadi.

Ya mungkin saja begitu.

Penulis : Joni Lono Mulia
Editor : Joni Lono Mulia


KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular