"Secara langsung, ditakutkan pertumbuhan ekspor kita yang mulai bertumbuh ini terganggu. Sebab, negara tujuan bisa saja mengurangi daya belinya," lanjutnya.
Lalu dampak tak langsung, berpengaruh pada komoditi ekspor dan daya beli masyarakat.
Dengan makin rapatnya perang dagang ini, tentu akan berpengaruh pada komoditi ekspornya seperti karet dan Crude Palm Oil (CPO).
Akibatnya, jatah impor negara penerimannya jelas akan berkurang.
Ditakutkan daya beli wilayah tersebut juga akan turun, sebagai dampak dari perang dagang ini.
Baca Juga: Ngalahin Honda BeAT, Motor Matic Honda Ini Paling Banyak Diekspor AHM
Padahal pasar ekspor kendaraan motor dari Indonesia menunjukkan grafik meningkat beberapa waktu ini.
Dari data AISI, selama dua tahun berturut-turut pertumbuhan ekspor roda dua Indonesia mencatatkan tren positif, yaitu di kisaran 37 persen.
Sementara kontribusi ekspor terhadap penjualan motor, sekitar 9,8 persen (2018).
"Maka diharapkan situasi ini tidak terlalu bergejolak. Dalam artian, keadaan ekonomi tetap terjaga sehingga Indonesia tidak terlalu terkena dampak besar," tutup Sigit.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "China-AS Perang Dagang, Industri Otomotif Indonesia Kena Imbas"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Reyhan Firdaus |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR