MOTOR Plus-online.com - Tidak hanya bersaing di sirkuit, ternyata masalah kontrak pembalap underbone 2-Tak era 90an juga jadi perbincangan.
Bukan hanya siapa yang tercepat, tapi siapa yang jadi termahal bayarannya juga menjadi gengsi tersendiri saat balapan underbone 2-Tak di tahun 90an.
Persaingan panas antara Ahmad Jayadi dan Hendriansyah di kelas paling bergengsi balap motor nasional underbone 2-tak pada era tahun 90an.
Dalam sesi Ngobrol Virtual (NGOVI) 29 April 2020, mereka bercerita banyak nih soal momen saat mereka satu tim.
Baca Juga: Hendriansyah dan Ahmad Jayadi, Inilah Duel Paling Legendaris di Balap Motor Indonesia
Salah satunya soal besarnya kontrak, dengan tim Yamaha Pertamina yang jadi tim bergengsi.
"Waktu pertama jadi (Yamaha Pertamina) tahun 1999, belum ada soal kontrak," buka Hendriansyah.
Pembalap legendaris dari Jogja ini mengaku, kalau Yamaha hanya menanggung biaya akomodasi.
"Jadi seperti wearpack dan riding gear, biaya latihan, semua ditanggung Yamaha," jujur Hendri.
Hal tersebut juga diakui Ahmad Jayadi, yang jadi senior Hendriansyah di tim Yamaha Pertamina.
"Awal saya gabung tahun 1994, memang hanya ditanggung biaya akomodasi saja," lanjut Jayadi.
Kombinasi 2 pembalap ini terhitung sukses, karena tampil dominan di kejurnas balap roadrace di musim 1999.
Namun akhirnya Hendriansyah memutuskan pindah tim, dan bergabung dengan tim CMS Inter Biru milik Edwin Bongso alias Koh Apeng.
Baca Juga: Nostalgia Kupas Yamaha F1Z-R Inter Biru CMS Racing Team 2001
Bersama tim Yamaha CMS Inter Biru, Hendriansyah yang menggeber Yamaha F1ZR garapan Kerry "Bob" Hoetama kembali berjaya.
"Gabung di CMS, kontraknya sekitar Rp 30 jutaan, namun saya memilih dibayar Koh Apeng bukan dengan uang," tukas Hendri.
Hendri mendapat saran dari ayahnya Sudirman Bawarie, untuk mengganti kontrak uang dengan barang.
"Tepatnya racing parts, jadi saya dibayar part-part motor biar bisa bisnis di Jogja," buka Hendri.
Baca Juga: Soal Karier Valentino Rossi di MotoGP, Bos Yamaha Yakin Banget Tetap Balapan, Ini Faktanya
Kontrak yang dibayar racing part ini, menjadi salah satu pencetus lahirnya speed shop milik Hendriansyah.
"Dari situ, saya punya barang-barang buat dijual di toko Hendriansyah Racing Shop," sebut Hendri.
Setelah balap bersama Yamaha CMS Inter Biru, Hendri mendapat tawaran bergabung dengan pabrikan lain yaitu Suzuki.
"Dari Suzuki, saya dapat tawaran membuat tim sendiri dengan komposisi 1 pembalap, besaran kontraknya sekitar Rp 500 juta," jelas Hendri.
Dan seperti brother tahu, Hendriansyah sukses menjuarai kejurnas underbone 2 tak naik Suzuki RG-Sports, sebelum akhirnya kelas ini ditutup, digantikan balapan motor 4 tak.
Penulis | : | Reyhan Firdaus |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR