MOTOR Plus-Online.com - Siapa sih yang engga kenal dengan Yamaha Mio.
Kira-kira apa yang dibenak bikers saat mendengar Yamaha Mio?
Motor matik yang lahir pada tahun 2003 ini gampang banget ngambil hati para konsumen ditanah air.
Tapi taukah brother pada awalnya Mio diperuntukan untuk wanita?
Baca Juga: Motor Custom Youtuber Picky Picks Rupanya Yamaha Mio, Ini Ubahannya
Baca Juga: Keren Nih Badpod Made In Indonesia, Modifikasi Yamaha Mio Lawas Jadi Motor Batman
Yap, Mio punya slogan "wanita jangan mau ketinggalan" loh.
Terlihat dari dimensinya yang kecil dan ramping, enteng, serta pengoperasiannya yang mudah.
Namun pada kenyataannya, ternyata banyak juga kaum lelaki yang kepincut karena sistem transmisi otomatis yang praktis.
"Cuman pada perkembangannya setelah dua tahun, tiga tahun berjalan memang motor matik ini tidak hanya dipakai untuk wanita saja," kata Antonius widiantoro Manager of PR PT. YIMM dalam acara Ngovi Otomotif Group, Senin (18/05/2020).
Baca Juga: Murah Banget! Yamaha Mio dan Motor Baru Lainnya Cukup Dibayar Rp 100 Ribuan, Begini Caranya
"Akhirnya semua orang pun memakai motor matik karena simple terus kemudian juga bisa bawa barang lebih banyak terus kemudian kaki juga lebih relax," tambahnya.
Berikut beberapa generasi Mio yang Motor Plus.
Generasi Pertama Yamaha Mio (2003 – 2008)
Pertama muncul di Indonesia tahun 2003, kelahiran Yamaha Mio berhubungan dengan saudaranya Yamaha Nouvo.
Yamaha Nouvo saat itu penjualannya tidak begitu bagus, membuat Yamaha Indonesia meluncurkan Mio yang lebih kompak.
Dikonsepkan sebagai motor yang cocok buat wanita, Yamaha Mio langsung booming karena kemudahannya untuk dikendarai.
Versi pertama ini hadir dengan pelek jari-jari dan casting wheels, dengan mesin 113 cc karburator berpendingin udara.
Generasi Kedua Yamaha Mio (2008 – 2012)
Empat tahun beredar di Indonesia, Yamaha Mio mendapat ubahan facelift di generasi keduanya.
Baca Juga: Mesin Yamaha Mio J brebet, Siapkan Uang Rp 500 Ribu, Bisa Jadi Komponen ini Penyebabnya.
Paling signifikan ada di lampu sein yang menyatu dengan lampu senja, sekilas mirip bibir tersenyum.
Makanya sering disebut sebagai Mio 'Smile', dan tetap digemari meski spesifikasi mesinnya mirip dengan versi sebelumnya.
Oh iya, di generasi ini sudah ada konsol kecil di bawah setang, memudahkan menyimpan barang dan botol.
Generasi Yamaha Mio J (2012 - 2014)
Awal 2012, Yamaha merilis Mio J, yang menggunakan sistem injeksi bahan bakar elektronik, menggantikan karburator.
Baca Juga: Mesin Yamaha Mio J Mati Mendadak di Jalan? Langsung Cek Tiga Komponen dan Segini Biaya Servisnya
Teknologi itu dinamakan Yamaha Mixture JET-Fuel Injection (YMJET-FI).
Meski basis mesinnya mirip versi karburator, mesin Yamaha Mio J lebih hemat bahan bakar, dengan klaim 30 persen lebih irit.
Bodi juga dibuat lebih runcing dan sporty, meski tetap mempertahankan desain Yamaha Mio yang kompak dan imut.
Yamaha Mio GT (2013 – 2014)
Setahun setelah peluncuran Mio J, diluncurkan varian bernama Yamaha Mio GT.
Baca Juga: Mana Yang Termurah Ya? Honda BeAT 2020, Yamaha Mio atau Suzuki Nex II, Ini Daftar Harga Lengkapnya
Ini karena Yamaha Mio J dianggap kurang macho, oleh konsumen pria yang tertarik naik skutik.
Perbedaan Yamaha Mio J dengan Mio GT, ada di cover bodi depannya bro.
Yamaha Mio GT terlihat lebih kekar, karena pakai grill dan lampu sein yang lebih tajam.
Yamaha Mio M3 125 Blue Core (2014 - sekarang)
Melihat penjualan Yamaha Mio J dan GT mulai turun akibat banyaknya pesaing, lahirlah Yamaha Mio M3.
Baca Juga: Mana Yang Termurah Ya? Honda BeAT 2020, Yamaha Mio atau Suzuki Nex II, Ini Daftar Harga Lengkapnya
Yamaha Mio M3 memperbaiki kekurangan generasi sebelumnya, misalnya tampilan lebih futuristik.
Desainnya lebih runcing, dan lampunya tidak lagi di setan, melainkan pindah ke bodi depan.
Soal performa, tarikan Mio J yang kurang bertenaga dijawab, dengan mesin lebih besar yaitu 125 cc berteknologi Blue Core, makin ngacir deh!
Yamaha Mio Z (2016 - sekarang)
Salah satu bagian yang dirasa kurang kekar dari Yamaha Mio M3, adalah peleknya yang dirasa masih ramping.
Baca Juga: Kalau Terdesak, Cara Gampang Pas Mendadak Kunci Motor Yamaha NMAX Hilang
Makanya Yamaha Indonesia meluncurkan Yamaha Mio Z, yang pelek dan bannya lebih besar.
Pelek depan Yamaha Mio Z masih tetap 1.60 x 14 dibalut ban 80/80-14.
Namun belakangnya bengkak jadi 2.50 x 14 dengan ban 100/70-14, makanya kalau dilihat dari belakang terlihat lebih sangar.
Yamaha Mio M3 125 AKS SSS (2016 - sekarang)
Lanjut dari Mio Z, Yamaha meluncurkan varian tertinggi Yamaha Mio M3 dengan teknologi Advance Key System (AKS) dan Stop Start System (SSS).
SSS ini memungkinkan mesin otomatis mati, ketika berhenti atau idle beberapa detik.
Untuk kembali menghidupkan mesinnya, hanya dengan memutar selongsong gas.
Namun dinamo starternya masih konvensional dengan nama Quick Start, belum sistem Smart Motor Generator (SMG) seperti yang dipakai Yamaha FreeGo.
Teknologi lain yang dibenamkan, adalah AKS yang membuat anak kuncinya punya tombol remote.
Baca Juga: Makin Elegan di Tahun 2020, Yamaha Mio M3 Hadir dengan Warna Baru, Harga Cuma Rp 16 Jutaan!
Kelebihan AKS, ada fitur Answer Back System sehingga lebih mudah mencari motor di parkiran, dengan menekan tombolnya satu kali.
Lalu fitur lain AKS adalah Auto Open Key Shutter, yang aktif saat ditekan selama dua detik.
Fungsinya untuk membuka tutup kunci magnet secara otomatis, serta lampu pada lubang kunci.
Yamaha Mio S (2017 - sekarang)
Ini dia Yamaha Mio paling baru, yang punya konsep seperti Mio generasi pertama, yaitu motor yang cocok buat wanita.
Baca Juga: Tahun Baru 2020 Naik Motor Matic Baru, Yamaha Mio M3 dan Mio Z Dijual Cuma Rp 15 Jutaan
Bodinya lebih elegan terutama depannya, dan sekarang pakai teknologi LED yang hemat daya.
Fitur seperti AKS dan SSS tidak ada, namun ada fitur Answer Back System serta lampu hazzard.
Yamaha Mio sendiri, jadi basis beberapa skutik lain seperti Fino dan X-Ride, yang juga populer di Indonesia dan negara lain.
"Awalnya Mio keluar itu bagasinya enggak terlalu besar, tapi sekarang itu bagasinya untuk helmet bisa masuk itu sudah jadi satu standar," tutup Antonuis
Source | : | berbagai sumber |
Penulis | : | Erwan Hartawan |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR