Ambil contoh, di pacuan bebek Honda, per yang lebih rapat dibalik posisinya menjadi di bagian atas.
Sedang yang renggang, kini berada di bagian bawah.
Kondisi ini bisa membuat redaman menjadi empuk.
"Jika per dibalik tapi oli tidak ditambah, hanya bikin empuk. Itu karena oli turun," ungkap Yohanes yang berkantor di Cikarang, Jawa Barat.
Baca Juga: Lagi Trend Sokbreker Belakang Disarungin, Ternyata Ada Efek Sampingnya
BACA KODE PER
Per memiliki tekanan berbeda, meski diameter ulir pegas yang diusung sama.
"Kami sebutnya spring rate. Biasanya diwakili lambang K," kata sebut Benny Rachmawan, Product Development Mitra2000 selaku produsen sok YYS di Indonesia.
Kemampuan tekanan per bisa dilihat dari kode yang terlampir di ulir.
Misal, seperti di sok YYS tertulis 46-80-160.
Baca Juga: Bikers Harus Tahu, Sokbreker Depan Motor Ternyata Harus Diservis Tiap Tempuh Jarak Segini
Angka pertama alias 46, itu diameter per keseluruhan.
Lalu angka ke-2 (80), mewakili spring rate dalam satuan N/mm.
Terakhir, angka 160 ini mewakili tinggi per.
Ada lagi misalnya, 46-17-25-140.
Baca Juga: Bikin Penasaran, Kenapa Sokbreker Ohlins NMAX Tabungnya di Bawah, Kok PCX di Atas?
Nah, buat angka ke-2 dan ke-3 itu mewakili spring rate atas dan bawah.
"Semakin kecil angka, semakin empuk reaksi yang diberikan," tutupnya.
LINEAR ATAU KONVENSIONAL
Disebut konvensional atau linear, itu karena per ini memiliki kerengganan alur yang konstan atau sama. Ya, mulai dari ujung atas atau bawah.
"Karakternya hanya cocok untuk satu kebutuhan saja. Karena gaya reaksi yang dimunculkan hanya satu," ungkap Yohanes Martono, Engineer PT Showa Indonesia MFG (SIM).
Baca Juga: Mulai Rp 70 Ribuan, Shockbreaker Motor Rusak Dan Amblas Bisa Diservis di Bengkel Ini
Misalnya kebutuhan balap yang hanya dibebani satu penunggang aja.
Penulis | : | M Aziz Atthoriq |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR